Suara.com - Isu masalah mental kian marak disuarakan terutama oleh anak-anak muda generasi Z atau gen z. Tetapi, kemudian muncul anggapan kalau anak-anak kelahiran tahun 1997-2012 itu dianggap bermental lemah karena terlalu mudah klaim diri sendiri alami masalah mental.
Pakar kesehatan mental dari Emotional Health For All (EHFA) Dr. Sandersan Onie bahkan menyebutkan kalau ada tren di media sosial yang menyebut gen z sebagai generasi stroberi. Dalam artian, hanya terlihat bagus dari luar, tetapi di dalamnya sedikit rapuh.
Dari hasil penelitian yang dilakukan EHFA pada 2022, Sandersan mengatakan kalau gen z memang lebih berisiko alami depresi dibandingkan generasi sebelum mereka.
"Kami lakukan statistik apa intensitas dari depresi yang kita lihat, kenyataannya memang anak-anak sekarang lebih rentan terhadap depresi. Karena tantangan yang dihadapi berlipat kali lebih berat dari generasi sebelumnya, dari segi sosial media, perbandingan dari keparahan depresihnya," jelasnya saat webinar Hari Kesehatan Mental Dunia, Senin (10/10/2022).
Akibat kehadiran sosial media yang semakin luas dan mudah diakses justru menimbulkan tantangan baru bagi generasi muda. Karena menurut Sandersan, mereka jadi cenderung bisa membandingkan diri ke lebih banyak orang dari berbagai belahan dunia.
"Mereka bertumbuh tidak hanya membandingkan diri dengan kakak, adik, atau teman sekelas, tapi juga dengan anak seluruh dunia lewat sosial media," ujarnya.
Sehingga wajar saja muncul fenomena 'healing' atau menenangkan diri yang kerap ramai jadi konten di media sosial. Tetapi, Sandersan menyarankan agar generasi yang lebih kuat jangan langsung melabeli gen z yang seperti itu dengan istilah generasi stroberi tersebut.
Melainkan beri edukasi secara langsung bagaimana mereka harus menjalani hidup menjadi generasi yang kuat secara mental.
"Anak-anak yang dikit-dikit mau healing tentunya memang ada, tapi saya rasa itu minoritas. Dan cara edukasi yang baik bukan dengan ngatain mereka kaya stroberi, itu bukan pendekatan yang baik. Tapi dengan mencontohkan cara yang sehat, kita yang lebih tua harus contohkan lebih baik cara hidup lebih sehat," tuturnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar