Suara.com - Menyikapi kasus viral bayi 54 hari meninggal sesak napas dan infeksi paru usai mengonsumsi ramuan herbal daun kecipir dan kencur, PDPOTJI melarang praktik pemberian obat herbal pada bayi di bawah 6 bulan. Apalagi daun kecipir mentah mengandung racun sianida.
Ketua Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), dr. Inggrid Tania mengatakan bayi di bawah usia 6 bulan hanya diberi air susu ibu atau ASI eksklusif, bahkan meski anak tersebut sedang sakit sekalipun.
"Bayi berumur di bawah 6 bulan semestin hanya diberikan ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif atau susu formula, dan tidak diberikan ramuan herbal dan juga dibatasi dari pemberian obat konvensional, kecuali atas resep atau petunjuk dokter ahli," ujar dr. Inggrid melalui keterangan yang diterima suara.com, Jumat (20/1/2023).
Alih-alih memberikan ramuan herbal pada bayi, dokter yang juga calon doktor itu lebih menyarankan memberikan ramuan herbal untuk meningkatkan imunitas, pada ibu yang sedang menyusui.
Tapi lagi-lagi, tidak ada salahnya berkonsultasi dengan dokter anak atau dokter kandungan lebih dulu, sebelum mengonsumsinya karena khawatir memiliki alergi.
"Atas petunjuk dokter ahli, ibu menyusui dibolehkan mengonsumsi beberapa ramuan herbal tertentu dalam takaran yang aman, misalnya empon-empon termasuk kunyit, kencur dan sebagainya serta herbal dalam bentuk sayuran, termasuk kelor, kecipir dan lain-lain," imbuhnya.
Adapun kecipir termasuk tanaman legume atau kacang-kacangan yang kaya protein dari setiap bagian tanamannya bernutrisi, namun memiliki risiko menimbulkan alergi pada bayi seperti kedelai.
Sehingga agar aman, setiap bagian tanaman kecipir bisa diperkenalkan sebagai pangan sayur mulai bayi berusia 1 tahun dengan takaran sebagaimana sayur pada umumnya yakni 1 hingga 2 sendok makan, dan maksimal 3 hingga 4 kali sehari.
Sedangkan kencur adalah rempah jenis empon-empon yg umumnya tidak memiliki potensi sebagai alergen, maka bisa diperkenalkan sebagai bumbu masakan mulai bayi berumur 6 bulan dengan takaran 1/16 hingga 1/8 sendok teh maksimal 3 hingga 4 kali sehari.
Baca Juga: Usia Belum Satu Tahun, Baby Izz Anak Nikita Willy Sudah Tidur di Kamar Sendiri, Ada Manfaatnya?
"Jika melihat dari berita yang menyebutkan bahwa bayi yang meninggal itu sebelumnya mengalami sesak nafas, ada kemungkinan sesak nafasnya merupakan salah satu gejala alergi terhadap protein kecipir. Namun sesak nafasnya dapat pula disebabkan oleh adanya infeksi paru yang dialaminya," papar dr. Inggrid.
Ia menjelaskan, umumnya ramuan herbal kecipir dibuat dari daun kecipir mentah. Sedangkan daun kecipir mentah mengandung sedikit zat toksik glikosida sianida.
"(Racun glikosida sianida di Kecipir dapat dihilangkan zat toksiknha dengan cara memasak atau merebus daunnya," jelas dr. Inggrid.
Ditambah bagian-bagian tertentu tanaman kecipir juga mengandung asam oksalat yang dapat memicu terbentuknya batu ginjal pada orang-orang yang rentan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental