Suara.com - Menanggapi larangan Jokowi beri biskuit untuk cegah stunting, Kementerian Kesehatan atau Kemenkes memberikan penjelasan. Apa katanya?
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Maria Endang Sumiwi mengatakan pemilihan makanan pabrikan seperti biskuit diberikan oleh kader posyandu kepada balita, karena dinilai bisa dengan mudah memenuhi standar gizi yang diharuskan. Di sisi lain, pangan lokal yang memang lebih bergizi tidak mudah diolah.
"Karena detail (makanan tambahan) itu banyak ya, persyaratannya harus penuhi zat gizi apa saja. Pada saat itu kebijakan yang diambil adalah menggunakan pabrikan, karena ada standar yang harus dipenuhi, kalau pangan lokal mesti banyak yang kita lakukan," ujar Endang di gedung Kemenkes, Jumat (27/1/2023).
Sayangnya, saat itu karena mencari makanan yang terstandarisasi untuk balita, lalu keluarlah kebijakan pemberian biskuit. Apalagi makanan biskuit lebih mudah dan gampang diberikan kepada anak, untuk digenggam dan dimakan.
"Pak Jokowi sendiri mau gampang-gampang aja nih, yang susah nyiapin di posyandu butuh banyak usaha," tutur Endang.
Tapi kini kata dia, Kemenkes telah melakukan ujicoba di 16 kabupaten, kader posyandu mengolah dan membuat makanan siap santap untuk balita, yang melakukan pemeriksaan atau penimbangan sebulan sekali.
"Ternyata kita sudah melihat di 16 kabupaten itu bisa dilakukan (buat makanan siap santap di posyandu), dimasak oleh kader dengan menu khusus yang memenuhi kebutuhan gizinya, baik protein atau kebutuhan gizi yang lain," jelas Endang.
Sehingga belajar dari suksesnya posyandu di 16 kabupaten kota, kebijakan makanan tambahan siap santap ini juga akan diperluas di seluruh Indonesia, atau 514 kabupaten kota.
Tapi khusus untuk 389 kabupaten kota dengan fiskal atau ekonomi pemerintah daerah yang rendah dan menengah, maka dana akan diberikan langsung oleh Kemenkes.
Baca Juga: Alhamdulillah! 2 Tahun Ini Jumlah Balita Stunting di Surabaya Terus Menyusut
"Tapi yang kami harapkan yang fiskalnya tinggi daerah, bisa menganggarkan 125 kabupaten yang fiskalnya tinggi," jelas Endang.
Sementara itu, selain mendapat 'sentilan' Jokowi, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga mengaku ia pernah dimarahi profesor lantaran memberikan biskuit pada anak.
Termasuk beberapa waktu lalu Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. Piprim Piprim B Yanuarso menyarankan untuk mengganti makanan tambahan anak di posyandu diganti menjadi protein.
"Mungkin nanti di posyandu-posyandu, pemberian makanan tambahan itu kaya dengan protein hewani, telur ikan, unggas, jadi bukan hanya kacang hijau atau biskuit, itu tidak selaras dengan jargon dan tagline kita," ujar Dr. Piprim saat konferensi pers Kemenkes terkait Hari Gizi Nasional beberapa waktu lalu.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?