Suara.com - Hipertensi atau tekanan darah tinggi jadi salah satu penyebab sakit jantung tertinggi Indonesia, tapi mayoritas hipertensi ditemukan tidak sengaja. Ditambah jarang yang tahu perbedaan hipertensi primer dengan hipertensi sekunder, lebih bahaya mana ya?
Dikatakan Sekjen InaSh (Perhimpunan Hipertensi Indonesia), dr. Djoko Wibisono, Sp.PD bahwa kondisi hipertensi umumnya ditemukan tidak sengaja saat pemeriksaan kesehatan rutin, atau saat ada keluhan yang berat.
"Berawal dari kondisi yang sering kali diabaikan sebagian besar orang yang merasa tidak memiliki keluhan, namun sesungguhnya menjadi sumber komplikasi kesehatan yang lebih fatal untuk organ vital seperti otak, jantung, maupun ginjal," ujar dr. Djoko di Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (24/2/2023).
Perlu diketahui, hipertensi terjadi saat tekanan darah seseorang terdeteksi lebih dari 140/90 mmHg di pada 2 kali pemeriksaan yang berbeda, saat pengukuran di klinik atau fasilitas layanan kesehatan dengan menggunakan alat ukur tekanan darah yang sudah tervalidasi.
dr. Djoko menambahkan, hipertensi juga jadi penyebab utama sakit stroke atau pendarahan di otak karena pecahnya pembuluh darah, atau tersumbatnya pembuluh darah di otak.
Mirisnya dengan kondisi sakit berat hingga kematian, hipertensi juga kerap disebut silent killer atau si pembunuh senyap.
"Hipertensi masih menjadi faktor risiko utama penyebab dari stroke perdarahan, penyakit jantung koroner, gagal jantung, penyakit ginjal kronik, bahkan kematian dini," jelas dr. Djoko.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas 2018, terjadi kenaikan angka kejadian kasus hipertensi di Indonesia menjadi 34,11% dari 25,8% di 2013.
Adapun hipertensi terbagi dalam dua kelompok penyebab, yaitu hipertensi primer atau esensial sebanyak 90 hingga 95% kasus merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.
Baca Juga: Inilah Tips Turunkan Tekanan Darah Tinggi dari Zaidul Akbar, Salah Satunya dengan Air Kelapa
Lalu ada juga hipertensi sekunder berkisar antara 5 hingga 10%, yaitu tekanan darah tinggi yang diketahui sebabnya.
Hipertensi sekunder ini berhubungan dengan tanda-tanda gangguan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar gondok atau tiroid, dan penyakit kelenjar adrenal atau sebuah kelenjar di atas ginjal yang bertugas menghasilkan hormon, serta konsumsi obat-obatan tertentu.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
Terkini
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern
-
Dari Kegelapan Menuju Cahaya: Bagaimana Operasi Katarak Gratis Mengubah Hidup Pasien