Suara.com - Gangguan pendengaran seringkali diidentikkan dengan faktor usia. Padahal, gangguan pendengaran bisa menyerang pada semua kelompok umur mulai dari bayi sampai lansia.
Hal ini yang menjadi perhatian pemerintah agar masalah ini dapat ditanggulangi dengan baik serta mendapatkan perhatian dari masyarakat untuk tidak mengabaikannya begitu saja.
Prof Dr.dr. Irawan Mangunatmadja, Sp. A (K) menyampaikan bahwa, anak sehat harus mempunyai kepala (jaringan otak), mata, telinga, dan ekstremitas yang normal.
“Salah satu terganggu maka dia akan menimbulkan gangguan dalam perkembangan tumbuh kembang selanjutnya. Diantara organ-organ tersebut, salah satu adalah telingan sebagai pusat pendengaran dan organ indra penting untuk kognitif,” ujarnya dalam Seminar Virtual yang bertajuk ‘Apa Telinga Kita dalam Bahaya?’ melalui kanal Youtube resmi Direktorat P2PTM Kemenkes RI, ditulis Sabtu (4/3/2023).
Maka dari itu Prof. Irawan menegaskan untuk melakukan deteksi dini gangguan pendengaran yang mungkin dialami anak. Pasalnya, anak yang sehat dan pintar diawali dengan anak yang mampu berbicara dan mendengar dengan baik.
“Sebaiknya seorang bayi yang baru lahir dilakukan skrining pendengaran sebelum pulang dari rumah sakit atau paling lambat usia 1 bulan. Apabila bayi tidak lulus skrining maka sebelum usia 3 bulan harus ditentukan adakah gangguan pendengaran,” ungkapnya.
Bilmana bayi memiliki risiko gangguan pendengaran progresif, dianjurkan untuk melakukan tes secara berulang setiap enam bulan sekali sampai usia 2,5 tahun.
Prof. Irawan juga memberikan gambaran cara mendeteksi dini adanya gangguan pendengaran pada anak yakni, apabila di usia 8 bulan anak belum mengerti perintah tidak boleh maka ada kemungkinan masalah gangguan pedengaran pada bahasa reseptif.
“Pada usia 8 bulan juga anak sudah harus memiliki bahasa ekspresif yang harus keluar, yaitu dia bisa menunjuk anggota tubuhnya. Apabila ada gangguan bahasa reseptif dan ekspresif di usia 8 bulan maka sudah memberikan keterangan bahwa yang bersangkutan (anak) memiliki gangguan pendengaran,” imbuhnya.
Baca Juga: Bolehkah Orang Tua Menjewer Telinga Anak? Ini Penjelasan Dr Zaidul Akbar
Moms juga bisa melakukan skrining pendengaran si kecil sebelum melakukan konsultasi lebih lanjut ke dokter berikut ini, seperti yang dianjurkan oleh Prof. Irawan diantaranya.
Tanda pada Bayi
- Tidak bergerak oleh suara keras
- Tidak menoleh ke arah suara pada usia lebih dari 6 bulan
- Saat anak berusia 1 tahun tidak mengeluarkan 1 kata seperti mama, ayah atau lainnya
- Ketika dipanggilkan namanya anak tidak menoleh
- Anak terlihat seperti mendengar padahal tidak mendengarkan sesuatu
Tanda pada Anak
- Terlambat bicara
- Bicara belum jelas
- Tidak mengikuti arah pembicaraan
- Seringkali mengeluarkan kata ‘huh’
- Menggunakan volume yang keras
tulah tanda gangguan pendengaran pada bayi dan anak yang harus diwaspadai orang tua. (Shilvia Restu Dwicahyani)
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan