Suara.com - Penelitian terbaru Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) menyebutkan bahwa rokok eceran jadi biang kerok munculnya perokok anak di Indonesia. Tak main-main, mayoritas masyarakat mulai merokok di usia anak, yakni 15 tahun, bahkan ada yang 10 tahun.
Kenyataan ini diungkap Peneliti CISDI Beladenta Amalia saat mempresentasikan penelitian yang dilakukan pada 2023, menemukan mayoritas murid sekolah membeli rokok eceran saat pertama kali mengisap tembakau.
"Hasil studi kualitatif CISDI menemukan 7 dari 10 murid sekolah membeli rokok eceran, baik pada konsumsi di 30 hari terakhir maupun saat mencoba rokok untuk pertama kali," ujar Beladenta dalam acara Launching Buku Giant Pack of Lies di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Selasa (21/5/2024).
Sangat mudahnya pelajar di bawah umur membeli rokok eceran di warung kelontong inilah, yang menurut Beladenta, memunculkan berbagai perokok anak setiap tahunnya. Tak main-main, survei 2019 menunjukan, satu batang rokok bisa dibeli dengan hanya merogoh kocek Rp1000 saja.
Harga yang sangat murah inilah yang akhirnya sangat mudah dibeli pelajar, karena mereka hanya perlu mengandalkan uang saku yang didapatkannya dari orang tua setiap harinya.
"Hampir 85 persen dari pedagang dan toko kecil di Indonesia mengaku menjual rokok eceran," jelas Beladenta.
Mirisnya, kondisi ini diperparah dengan temuan data Survei Kesehatan Nasional 2023 yang menyebutkan bahwa 56,5 persen atau mayoritas orang Indonesia mulai merokok dengan rentang usia 15 hingga 19 tahun.
"Bahkan rentang usia terbanyak selanjutnya yaitu 10 hingga 14 tahun. Tak main-main, 18,4 persen perokok Indonesia memulai di usia ini (10-14 tahun)," kata Beladenta lagi.
Selanjutnya, Beladenta menjelaskan pembelian rokok eceran ini sangat berhubungan dengan ketergantungan siswa terhadap nikotin pada rokok, khususnya jika perokok pemula melakukan pembelian rokok eceran dalam 30 hari terakhir.
Baca Juga: Komitmen Dorong Perekonomian Nasional, Nojorono Kudus Terus Berinovasi Pada Produk
Apalagi pola seorang anak hingga akhirnya menjadi pecandu rokok yaitu dimulai dari persiapan, percobaan awal merokok, eksperimen, konsumsi rutin rokok lalu menjadi kecanduan nikotin pada rokok.
"Tidak ada konsumsi rokok yang aman, walau sesekali dan sedikit. Remaja dengan pola merokok ini memiliki risiko lebih tinggi untuk menjadi perokok rutin dalam waktu dekat," pungkas Beladenta.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan