Suara.com - Penyakit menular akibat resistensi antimikroba (AMR) bisa menjadi penyebab kematian bagi rakyat Indonesia di masa depan, bahkan lebih tinggi dari serangan jantung dan stroke, jika tak ditangani dengan serius.
Nurul Luntungan, Ketua Yayasan Stop Tuberculosis Partnership Indonesia (STPI), menekankan bahwa integrasi isu TBC RO dengan AMR tidak hanya menguntungkan sistem kesehatan, tetapi juga bagi mereka yang terdampak langsung.
"Integrasi antara isu TBC RO dan AMR akan membawa manfaat besar bagi sistem kesehatan, terutama bagi individu yang terdampak. Sayangnya, pendekatan ini sering kali terhambat oleh kebijakan global yang terfragmentasi. Kami berharap komitmen politik terkait AMR pada UN-HLM 2024 ini akan memberikan solusi dengan memasukkan TBC RO sebagai bagian penting dalam penanggulangan AMR," ujar Nurul, dalam pertemuan tingkat tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Resistensi Antimikroba (AMR) di New York, Amerika Serikat, beberapa waktu lalu.
Pertemuan ini menjadi momentum penting bagi STPI untuk menyuarakan perlunya memasukkan upaya penanggulangan TBC Resisten Obat (RO) sebagai bagian integral dari strategi global penanggulangan AMR.
Resistensi antibiotik, yang terjadi akibat evolusi bakteri sehingga membuat pengobatan antibiotik menjadi tidak efektif, merupakan salah satu ancaman terbesar terhadap kesehatan masyarakat global saat ini. Pada tahun 2019 saja, resistensi antimikroba menyebabkan 4,9 juta kematian.
Tanpa intervensi serius, jumlah kematian akibat AMR diperkirakan akan meningkat hingga 10 juta jiwa per tahun pada 2050, melampaui kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung, kanker, dan diabetes. Stop TB Partnership Indonesia melihat pertemuan ini sebagai peluang untuk memperkuat upaya penanggulangan TBC Resisten Obat.
"Sekitar 160 ribu kematian setiap tahun disebabkan oleh TBC RO, yang merupakan bentuk resistensi antibiotik akibat evolusi bakteri Mycobacterium Tuberculosis terhadap obat lini pertama. Kami mendorong agar isu TBC-RO masuk dalam agenda penanggulangan AMR, agar kita memiliki strategi yang tidak terfragmentasi dan efisien," jelas Nurul.
Pada tahun 2015, World Health Organization (WHO) mengeluarkan ‘Global Action Plan on Antimicrobial Resistance’ (GAP AMR), namun sayangnya, TBC RO tidak dimasukkan dalam kebijakan tingkat global ini. Hal ini menciptakan ketidaksempurnaan dalam kebijakan dan implementasi di tingkat regional dan nasional, termasuk dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) Pengendalian Resistensi Antimikroba di Indonesia.
Dalam pidatonya di pertemuan tersebut, Nurul menegaskan pentingnya deklarasi politik yang mengakui TBC RO sebagai bagian integral dari komitmen global untuk memerangi AMR.
Baca Juga: Waspada! Penyakit Flu Singapura Berpotensi Makin Menular Saat Momen Mudik Lebaran 2024
"Saya mewakili suara negara-negara yang menghadapi frustrasi serupa, mendesak deklarasi politik AMR untuk mengakui TBC resisten obat sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari komitmen global untuk memerangi AMR. Langkah-langkah yang terbukti efektif dalam mencegah dan mengobati TBC Resisten Obat harus menjadi bagian dari intervensi strategis yang konsisten, tidak diskriminatif, dan efisien dalam penggunaan sumber daya," tutup Nurul.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- 7 Sunscreen yang Wudhu Friendly: Cocok untuk Muslimah Usia 30-an, Aman Dipakai Seharian
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 23 Oktober 2025: Pemain 110-113, Gems, dan Poin Rank Up Menanti
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan