"Kita siap berkompetisi dengan dokter dari luar negeri dan upaya internasional pun sudah kita bangun. Jadi tidak ada masalah dari luar negeri. Tapi yang perlu kita dorong adalah bagaimana negara lebih memberikan apresiasi karena masih banyak permasalahan dalam tata kelola yang belum diselesaikan yang itu sebetulnya adalah tanggung jawab negara," tegasnya, Selasa (9/7).
Klarifikasi Kemenkes Soal Isu Dokter Asing
Terkait isu yang menyebutkan bahwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan mendatangkan ribuan dokter asing, kabar tersebut adalah tidak benar. Menurut Juru Bicara Kemenkes, dr. Mohammad Syahril, Kemenkes hanya menghadirkan beberapa dokter asing untuk misi khusus, yaitu mengobati 30 anak dengan penyakit jantung secara cuma-cuma.
Tindakan penyelamatan nyawa ini, menurut dr. Syahril, merupakan operasi jantung anak pertama kali di Pulau Sumatera. Selama ini, anak-anak dengan gangguan jantung kompleks harus dirujuk ke Jakarta karena tidak ada dokter spesialis jantung anak di Sumatera Utara, yang tentunya memberatkan keluarga secara finansial.
"Informasi yang beredar seolah Kemenkes akan mendatangkan 6.000 dokter warga negara asing (WNA) adalah juga hoax. Dokter WNA yang dihadirkan oleh Kemenkes dan mendapatkan publikasi luas adalah tim dari Arab Saudi yang bertugas di RS Adam Malik, Medan, Sumatera Utara, untuk melakukan operasi jantung kompleks untuk menyelamatkan nyawa 30 anak warga Sumatera Utara secara gratis," papar dr. Syahril dalam keterangannya, Kamis (4/7).
Solusi Naikkan Ranking Kesehatan
Prof Tjandra Yoga mengatakan kedatangan dokter asing untuk mengisi kebutuhan dokter spesialis di luar Pulau Jawa juga bukan solusi. Daripada mendatangkan dokter asing, menurutnya lebih baik mengambil dokter dari daerah lain di Indonesia untuk melakukan operasi tersebut, atau melatih dokter setempat dengan bantuan dokter ahli dari dalam negeri.
"Kalau disebutkan ini bagian dari 'transfer of knowledge' maka sudah sejak puluhan tahun yang lalu berbagai fakultas kedokteran kita bekerjasama dengan universitas luar negeri. Ada dokter luar negeri yang memberi ceramah, kuliah, dan pelatihan ke dokter dan mahasiswa kita, dan ada juga dokter kita yang diminta memberi ceramah, kuliah, dan memberi pelatihan di luar negeri," terang Prof Tjandra lagi.
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini mengatakan untuk meningkatkan ranking kesehatan, maka derajat kesehatan Indonesia juga perlu naik. Sebab masyarakat yang sehat dan produktif lebih penting untuk kemajuan bangsa, daripada hanya sekadar mengobati mereka yang sudah sakit.
Ia menyebut ada 5 aspek yang perlu diperhatikan antara lain:
- Pembangunan Fasilitas Kesehatan: Pembangunan Puskesmas di desa harus dianggap sama pentingnya dengan pembangunan rumah sakit tingkat internasional di kota besar.
- Penyediaan Tenaga Medis: Ketersediaan petugas sanitasi dan penyuluh kesehatan di desa harus setara dengan dokter spesialis di rumah sakit rujukan.
- Lingkungan Sehat: Membangun taman dan fasilitas olahraga serta mengurangi polusi udara sama pentingnya dengan menyediakan fasilitas kesehatan yang memadai.
- Infrastruktur Sanitasi: Pembangunan jamban dan penyediaan air bersih di desa harus sebanding dengan penyediaan alat kesehatan canggih di rumah sakit kota besar.
- Pembangunan Berwawasan Kesehatan: Setiap kegiatan pembangunan harus memperhatikan aspek dan dampak kesehatan masyarakat dengan fokus pada pencegahan penyakit dan menjaga kesehatan masyarakat.
Peningkatan sistem kesehatan di Indonesia memerlukan pendekatan holistik yang mencakup berbagai aspek promotif preventif. Pengadaan dokter asing dapat menjadi bagian dari solusi, tetapi harus disertai dengan strategi yang komprehensif untuk memastikan efektivitas dan keselarasan dengan kebutuhan lokal. Membangun infrastruktur yang merata dan meningkatkan kualitas tenaga kesehatan lokal adalah langkah penting untuk mencapai derajat kesehatan yang lebih baik bagi seluruh rakyat Indonesia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis