Banyak orang tidak menyadari bahwa diagnosis dini dapat membantu meningkatkan hasil pengobatan dan kualitas hidup yang lebih baik, serta saraf yang rusak dapat diregenerasi jika kerusakan saraf belum berkembang terlalu parah. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat waktu dapat mencegah perkembangan DPN (Diabetic Peripheral Neuropathy) atau kekambuhan gejala.
Dalam acara yang sama, Aditya Gupta, Senior Marketing Director – Asia Pasifik, P&G Health, mengatakan, "Untuk memenuhi kebutuhan alat sederhana yang dapat memfasilitasi diagnosis dini, P&G Health telah meluncurkan Neurometer Pro Baru, yaitu kuesioner skrining mandiri digital untuk pasien yang terdiri dari lima pertanyaan guna menilai risiko kerusakan saraf pada pasien. Dibuat oleh para ahli PN dari 10 negara dan berbagai bidang spesialisasi, Neurometer Pro Baru ini dapat menghemat waktu skrining dokter dan memberdayakan pasien untuk bertindak lebih awal untuk menghindari komplikasi jangka panjang dari PN."
Saat ini, alat ini tersedia secara gratis untuk digunakan oleh masyarakat di Filipina, Indonesia, dan Malaysia untuk membantu diagnosis tepat waktu PN dan meningkatkan perawatan pasien.
Pengobatan dengan Vitamin B Neurotropik Efektif Meredakan Gejala PN Secara Keseluruhan
PN sering kali dikaitkan dengan gangguan mobilitas fungsional dan gejala motorik yang terganggu, selain gejala sensorik. Gejala-gejala ini secara signifikan memperburuk kualitas hidup pasien. Temuan studi NENOIN 2023 menyimpulkan bahwa kombinasi sinergis Vitamin B Neurotropik (B1, B6, dan B12) tidak hanya mampu meredakan gejala tetapi juga secara signifikan meningkatkan fungsi saraf pasien. Peningkatan ini diukur melalui refleks pergelangan kaki dan lutut, kekuatan otot, serta persepsi sensorik di jari kaki dan tangan pasien dengan PN.
Mengungkap temuan baru dari analisis sub-grup Studi Klinis NENOIN, Dr. Rizaldy menyampaikan temuan analisis sub-grup terbaru yang menunjukkan bahwa pengobatan dengan kombinasi dosis tetap vitamin B neurotropik (B1, B6, dan B12) efektif dalam meredakan berbagai gejala PN.
"Peningkatan lebih dari 50% hingga 80% diamati pada gejala seperti nyeri tusuk, nyeri terbakar, parestesia, dan mati rasa, serta secara signifikan meningkatkan kualitas hidup konsumen dengan PN ringan hingga sedang,” katanya.
Berbagi pengalaman pribadinya, Dr. Kenny P Merin, Apoteker dan Asisten Wakil Presiden, Akademik & Riset di Lyceum of the Philippines University Davao, menyatakan bahwa sangat penting bagi orang untuk memahami dampak dari PN terkait dengan penurunan kualitas hidup dan peningkatan risiko ulkus kaki untuk mendorong rujukan diri secara dini.
"Neuropati diabetik yang menyakitkan sangat terkait dengan gangguan status pekerjaan dan produktivitas kerja. Di antara pasien yang bekerja, 59% melaporkan penurunan produktivitas di tempat kerja," kata Dr. Kenny.
Baca Juga: Makan Malam Berat Berisiko Picu Diabetes? Ini Hasil Studi Terbaru
Untuk itu, diperlukan upaya kolaboratif untuk meningkatkan pengelolaan dan hasil pengobatan. Di sini, para ahli menekankan pentingnya peningkatan kolaborasi antara professional kesehatan, rujukan dini ke spesialis, serta peningkatan edukasi pasien:
- Masyarakat dan pengasuh perlu waspada terhadap tanda dan gejala serta mendengarkan apa yang disampaikan oleh saraf mereka.
- Jika mengalami gejala seperti kesemutan atau mati rasa, mereka harus mendiskusikan hal ini dengan penyedia layanan kesehatan mereka, dan memanfaatkan alat skrining mandiri seperti Neurometer Pro Baru.
- Dokter umum dapat memainkan peran penting dalam mengenali Neuropati Periferal pada pasien diabetes dengan mengajukan pertanyaan yang tepat dan melakukan tes diagnostik sederhana untuk mengurangi rasa sakit serta mencegah ulkus kaki dan amputasi.
- Mengingat beberapa pasien mungkin kesulitan dalam menggambarkan gejala mereka, penyelidikan proaktif oleh tenaga medis untuk mencari karakteristik Neuropati Periferal seperti mati rasa, kesemutan, sensasi tertusuk jarum, rasa sakit seperti ditusuk atau disetrum bisa menjadi langkah awal yang baik.
- Apoteker sering kali menjadi titik kontak pertama dan dapat mendorong kesadaran kondisi secara dini, memberikan panduan tentang perubahan gaya hidup, serta membantu mengoptimalkan rejimen pengobatan. Apoteker juga dapat merekomendasikan pengobatan bebas (misalnya, dosis terapeutik vitamin Neurotropik B) untuk meredakan gejala Neuropati Perifer.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat