Suara.com - Sebuah penelitian baru mengungkap bahwa susu mentah berisiko menjadi media penularan virus influenza dari sapi. Virus ini tetap menular meski susu disimpan dalam suhu dingin hingga lima hari.
"Penelitian ini menunjukkan risiko kesehatan yang terkait dengan konsumsi susu mentah, terutama pentingnya proses pasteurisasi untuk mencegah penyebaran flu burung," kata penulis senior studi tersebut, Alexandria Boehm, dilansir Antara dari Hindustan Times, Senin (16/12/2024).
Tidak seperti susu yang dipasteurisasi, susu mentah tidak melalui proses pemanasan untuk membunuh patogen berbahaya.
Pendukung susu mentah sering mengklaim bahwa produk ini memiliki lebih banyak nutrisi dan probiotik yang bermanfaat, namun studi ini menegaskan bahwa risiko kesehatan jauh lebih besar dibanding manfaatnya.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) menghubungkan susu mentah dengan lebih dari 200 wabah penyakit, termasuk infeksi dari bakteri seperti E. coli dan Salmonella.
Risiko ini dinilai sangat berbahaya bagi anak-anak, orang tua, wanita hamil, serta individu dengan kekebalan tubuh yang lemah.
"Virus influenza dapat bertahan dalam susu mentah selama beberapa hari dan berpotensi mencemari lingkungan peternakan sapi perah, yang meningkatkan risiko penularan ke manusia," jelas Mengyang Zhang, salah satu penulis utama studi ini.
Penelitian ini juga menemukan bahwa proses pasteurisasi mampu menghancurkan virus influenza menular dalam susu hingga 90 persen, meski RNA virusnya tetap terdeteksi. Namun, RNA virus tidak menimbulkan risiko langsung terhadap kesehatan manusia, melainkan lebih sering digunakan untuk pengawasan patogen dalam lingkungan.
Alessandro Zulli, salah satu penulis utama studi, menambahkan bahwa deteksi RNA virus influenza dalam susu mentah maupun susu yang dipasteurisasi memiliki implikasi penting untuk keamanan pangan dan pengawasan lingkungan.
Kasus flu burung yang baru-baru ini ditemukan pada sapi semakin menegaskan perlunya pengawasan ketat terhadap susu mentah dan produk turunannya. Para peneliti mendesak peningkatan sistem pemantauan untuk mencegah risiko penularan di tengah meningkatnya penyebaran flu burung di antara ternak.
Berita Terkait
-
Bolehkah Minum Susu Mentah atau Raw Milk? Ternyata Banyak Klaim Kelirunya
-
Viral Kualitas Susu MBG Dipertanyakan: Hanya 30 Persen Susu Sapi Segar, Lebih Banyak Airnya?
-
Panas Ekstrem Ancam Produksi Susu Dunia, Mengapa Negara Berkembang Terdampak Lebih Parah?
-
70% Orang Tua Khawatir Alergi Makanan Anak! Ini Pilihan Nutrisi Tepat dan Dukungan yang Dibutuhkan
-
Peternakan Sapi A2 di Garut: Mengatasi Tantangan Gizi dengan Teknologi Canggih
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia