Suara.com - Dokter spesialis mata menceritakan berbagai kasus sakit mata yang semakin memburuk disebabkan karena hanya mengandalkan ‘omongan tetangga’ atau ‘apa kata orang’. Salah satunya yang tak habis pikir, saat ada yang mengobati sakit mata dengan air seni alias air kencing.
Fakta ini diungkap langsung Direktur Utama RS Mata JEC @Menteng sekaligus Dokter Spesialis Mata, dr. Referano Agustiawan, SpM(K) mengatakan kerap menemui sakit mata yang diperparah karena infeksi, apalagi menurutnya mata merupakan organ vital karena dekat dengan otak.
“Mata itu organ terdekat dengan otak, jadi begitu infeksi bisa langsung tersebar ke otak,” ujar dr. Referano dalam acara peluncuran Matapedia di sela perhelatan JEC International Meeting (JECIM) 2025 di Jakarta, Jumat (25/4/2025).
Bertahun-tahun menangani berbagai kasus sakit mata di Indonesiia, dr. Referano mengakui ada banyak misinformasi yang sampai kepada masyarakat bukan hanya dari situs pencarian tapi dari kepercayaan di masyarakat. Salah satunya penanganan mata yang obati dengan metode tidak berbasis ilmiah, seperti diberi daun sirih, daun kecubung dan sebagainya.
“Kasus sering di Indonesia misinformasi bukan cuma dari internet aja, tapi omongan tetangga yang katanya dikasih ASI (air susu ibu), dikasih air kencing, dikasih daun sirih, daun kecubung. Aksi itu bukan hanya membahayakan penglihatan tapi juga membahayakan jiwanya,” papar dr. Referano.
Adapun asal usul air seni digunakan untuk terapi sakit mata, khususnya di pedesaan, terjadi karena air seni dianggap memiliki sifat penyembuh alami. Orang tua dahulu percaya bahwa air seni, terutama air seni bayi atau anak sehat, cenderung ‘murni’ dan bisa menyembuhkan berbagai penyakit termasuk mata merah, belekan, atau infeksi ringan.
Berbagai mitos ini cenderung bertahan turun temurun karena disebarkan lewat testimoni pribad, misalnya “dulu anak saya sembuh dari sakit mata setelah diteteskan air kencing”. Cerita-cerita seperti ini memperkuat kepercayaan walau bertentangan dengan ilmu kedokteran.
Kepercayaan ini juga menurut dr. Referano membahayakan, apalagi penanganan infeksi mata perlu penanganan yang kompleks. Inilah sebabnya, disarankan masyarakat tidak mudah percaya dengan penganan medis tanpa ada bukti ilmiah.
Sayangnya kata dr. Referano di Indonesia masih adanya keterbatasan informasi terkait penyakit mata, ini jadi alasan diluncurkannya Matapedia yakni ensiklopedia digital kesehatan mata pertama di Indonesia.
Baca Juga: Benarkah Lebih Baik Buka Puasa Pakai Air Hangat daripada Dingin? Begini Penjelasan Dokter Tirta
Di sisi lain, KOMDIGI mendapati dari total 1.923 konten hoaks yang terdeteksi sepanjang 2024, sekitar 163 di antaranya merupakan misinformasi terkait kesehatan. Situasi ini semakin memprihatinkan, mengingat survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menemukan, 27,79% masyarakat Indonesia mengakses berita atau informasi tentang kesehatan di internet.
Mirisnya, Indeks Literasi Digital Indonesia 2024 oleh KOMDIGI menunjukkan angka 43,34 yang mengindikasikan masyarakat cukup mahir menggunakan perangkat digital, tetapi belum mampu memilah kebeneran informasi apalagi memverifikasi sumber informasi yang didapatkan.
Menariknya, situs yang ditulis dan diverifikasi langsung oleh dokter spesialis mata ini juga dianggap mampu menjawab tantangan besar layanan mata di Indonesia. Data RAAB menunjukkan 8 juta orang mengalami gangguan penglihatan, di mana dari data itu 1,6 juta di antaranya buta, sementara 6,4 juta lainnya mengalami gangguan sedang hingga berat.
Padahal, jumlah dokter spesialis mata menurut PERDAMI hanya 3.000 orang. Artinya satu dokter mata harus menangani rata-rata lebih dari 2.000 pasien, rasio yang sangat jauh dari ideal.
“Harapan kami, tak ada lagi orang tua yang bingung menghadapi masalah mata anak karena informasi tidak akurat. Tak ada lagi pasien glaukoma yang terlambat berobat akibat mitos yang dibacanya,” pungkas dr. Referano.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia