Suara.com - Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, banyak orang tua yang mencari cara cepat dan praktis untuk meredakan tangis serta rewel anak.
Salah satu cara yang paling sering dipilih adalah memberikan camilan manis atau makanan ringan sebagai “penenang” instan.
Meskipun tampak sebagai solusi yang sederhana, kebiasaan ini justru menyimpan ancaman besar bagi kesehatan anak di masa depan.
Dr. dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K), dokter anak lulusan Universitas Indonesia sekaligus Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menegaskan bahwa praktik tersebut merupakan pola makan yang keliru dan harus dihentikan sejak dini.
"Itu pola makan yang keliru. Orang tua harus paham bahwa snack itu bukannya menyehatkan anak, tapi justru menjadi pemicu masalah kesehatan, salah satunya obesitas sentral," ujarnya dikutip dari ANTARA di Jakarta, Selasa 20 Mei 2025.
Obesitas sentral atau kelebihan lemak di area perut merupakan salah satu kondisi paling berisiko karena berkaitan erat dengan gangguan metabolik, seperti diabetes tipe 2, hipertensi, dan penyakit jantung.
Dr. Piprim menjelaskan, penyebab utamanya tidak hanya karena kelebihan asupan makanan (overnutrition), tetapi juga karena jenis makanan yang dikonsumsi, khususnya yang tinggi gula dan tepung.
“Anak yang makan manis, minuman manis, makanan yang sifatnya snack-snack, akan memicu pola makan berulang. Anak jadi makan lagi, makan lagi, karena tubuhnya terus menerus berada dalam kondisi craving akibat fluktuasi gula darah yang tajam,” jelasnya.
Menurutnya, fenomena ini sering kali tidak disadari orang tua karena mereka hanya berfokus pada cara instan meredakan emosi anak.
Baca Juga: Thariq Halilintar Goda Aaliyah Massaid yang sedang Diet, Berapa Penurunan Berat Badan yang Sehat?
Padahal, penggunaan makanan, terutama yang manis, sebagai alat pengalih perhatian bisa menciptakan asosiasi emosional yang tidak sehat antara makanan dan kenyamanan.
“Minum manis, snack-snack dengan kandungan tepung tinggi itu menyebabkan gula darah naik cepat, lalu turun drastis, membuat anak lapar lagi. Siklus ini berulang dan memicu kecanduan,” tambahnya.
Lebih jauh, dampak dari kebiasaan ini bukan hanya terlihat dalam bentuk fisik anak yang bertambah berat badannya, tetapi juga memengaruhi aspek psikologis dan emosional.
Dalam jangka pendek, anak bisa menjadi lebih mudah uring-uringan, sering tantrum, hingga mengalami gangguan emosi karena tubuhnya mengalami stres metabolik akibat lonjakan gula darah yang terus-menerus.
“Pola makan yang salah bisa memengaruhi kondisi emosional anak, dan ini sering kali tidak dilihat sebagai masalah besar. Padahal, dalam jangka panjang, ini menjadi awal dari penyakit kronis,” tegasnya.
Penyakit kronis yang dimaksud tidak main-main: obesitas sentral, diabetes, hipertensi, sindrom metabolik, bahkan stroke dan serangan jantung di usia muda.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!