Suara.com - Dengue, penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, masih menjadi salah satu tantangan kesehatan masyarakat terbesar di Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir, lonjakan kasus dan kematian akibat dengue menunjukkan bahwa Indonesia belum sepenuhnya berhasil mengendalikan penyakit ini.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, pada tahun 2024 tercatat 257.271 kasus dengue dengan 1.461 kematian. Sementara hingga pertengahan Mei 2025, sudah terjadi lebih dari 56.000 kasus dengan 250 kematian.
Angka ini tersebar di 456 kabupaten/kota, mencakup lebih dari 87% wilayah Indonesia. Situasi ini menandakan bahwa Indonesia masih berada dalam kondisi darurat dengue yang memerlukan langkah-langkah luar biasa.
Namun, di tengah tantangan tersebut, muncul secercah harapan melalui semangat kolaborasi yang semakin menguat antar berbagai pemangku kepentingan.
Melalui inisiatif Koalisi Bersama Lawan Dengue (KOBAR Lawan Dengue), berbagai elemen bangsa, dari pemerintah, parlemen, swasta, hingga masyarakat sipil, bersatu untuk mempercepat pencapaian target nol kematian akibat dengue pada tahun 2030.
“Sinergi lintas sektor menjadi keniscayaan dalam menghadapi darurat dengue ini,” ujar Wakil Ketua DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal.
Menurutnya, dukungan legislatif melalui pembentukan Presidium Kaukus Kesehatan DPR RI Periode 2025–2030 menjadi langkah konkret untuk mendorong kebijakan yang lebih berpihak pada penguatan sistem kesehatan nasional.
Ini merupakan bagian dari upaya membangun kerangka kebijakan yang kokoh dan responsif terhadap perkembangan situasi penyakit menular di Indonesia.
Baca Juga: Remaja Bali Makin Banyak 'Kecanduan' Rokok Elektrik, Dinkes: Sudah Banyak yang Gunakan
Salah satu langkah penting yang kini tengah dibahas adalah revisi Strategi Nasional Penanggulangan Dengue (Stranas Dengue) yang sebelumnya berlaku untuk periode 2021–2025.
Wakil Menteri Kesehatan RI, Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, menegaskan bahwa revisi ini menjadi langkah krusial dalam memperkuat respons terhadap dengue.
“Kami melihat beban dengue di masyarakat kemungkinan masih lebih besar dari yang tercatat. Oleh karena itu, strategi yang baru harus responsif, inklusif, dan berbasis bukti,” tegasnya.
Dalam rancangan kebijakan baru ini, sejumlah pendekatan inovatif menjadi sorotan. Mulai dari penguatan kapasitas deteksi dini dan manajemen kejadian luar biasa (KLB).
Hingga peningkatan sistem pelaporan berbasis real-time dengan dukungan kecerdasan buatan (AI), serta pemanfaatan teknologi seperti Wolbachia, bakteri yang mampu menekan kemampuan nyamuk dalam menularkan virus dengue.
Vaksinasi juga menjadi strategi yang tengah didorong. Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, menyatakan bahwa pencegahan dengue tidak bisa dilakukan secara sektoral dan terpisah-pisah.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- 7 Sunscreen yang Wudhu Friendly: Cocok untuk Muslimah Usia 30-an, Aman Dipakai Seharian
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 23 Oktober 2025: Pemain 110-113, Gems, dan Poin Rank Up Menanti
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan