Suara.com - Buruknya kualitas lingkungan hidup kini dikaitkan langsung dengan kasus stunting, kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis.
Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menegaskan bahwa degradasi lingkungan turut mempersempit akses air bersih dan pangan, yang kemudian berdampak pada tumbuh kembang anak.
"Buruknya kondisi lingkungan seperti degradasi lingkungan, keterbatasan akses terhadap pangan dan air bersih serta perilaku yang kurang mendukung kesehatan lingkungan dapat mempengaruhi terjadinya stunting," ujar Hanif saat penandatanganan nota kesepahaman dengan Kemendukbangga/BKKBN di Jakarta, Rabu.
Stunting menjadi perhatian serius pemerintah sebagai ancaman generasi masa depan, terutama dalam mencapai visi Indonesia Emas 2045. Lingkungan yang rusak, lanjut Hanif, berpengaruh langsung pada kualitas air dan pangan yang dikonsumsi anak-anak.
"Lingkungan yang rusak, baik air, udara maupun lahan dapat berdampak pada kualitas pangan dan air yang diberikan pada generasi muda. Yang pada akhirnya berdampak pada mutu gizi yang diterima anak-anak," jelasnya.
Sinergi Lintas Kementerian untuk Tekan Stunting
Untuk menekan prevalensi stunting yang saat ini berada di angka 19,8 persen, Kementerian Lingkungan Hidup bekerja sama dengan Kemendukbangga/BKKBN melalui program PROPER, penilaian kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan.
Kerja sama ini akan mendorong perusahaan peserta PROPER untuk turut berperan dalam program sosial yang mendukung tumbuh kembang anak. Salah satu langkah konkret adalah memasukkan keberadaan Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya) sebagai kriteria penilaian PROPER 2025.
"Program Taman Asuh Sayang Anak yang digagas oleh Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN dapat berperan penting dalam upaya membangun kesadaran akan lingkungan hidup yang berkualitas guna mendukung tumbuh kembangnya anak-anak kita," kata Hanif.
Baca Juga: PTPN I Gandeng Kemendukbangga Cegah Stunting ke 200 KRS
Perusahaan Diimbau Tak Hanya Kejar Laba, tapi Juga Inovasi Sosial
Tahun ini, sebanyak 5.476 perusahaan tercatat mengikuti PROPER. Untuk meraih kategori Emas, perusahaan wajib melakukan inovasi sosial, termasuk menjalankan program Tamasya yang diharapkan dapat menciptakan lingkungan pengasuhan yang lebih sehat dan ramah anak.
"Jika mereka ingin mendapatkan kategori Emas maka wajib melakukan inovasi sosial termasuk Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya)," ujar Hanif.
Melalui pendekatan ini, pemerintah ingin memastikan bahwa tanggung jawab atas tumbuh kembang anak tidak hanya berada di tangan negara dan keluarga, tetapi juga melibatkan dunia usaha sebagai bagian dari solusi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 6 Shio Ini Diramal Paling Beruntung dan Makmur Pada 11 Desember 2025, Cek Kamu Salah Satunya?
- Kode Redeem FC Mobile 10 Desember 2025: Siap Klaim Nedved dan Gems Melimpah untuk Player F2P
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah