Bethsaida juga menjadi yang pertama di Indonesia yang mengintegrasikan pemeriksaan biomarker nutrisi TMAO (Trimethylamine N-oxide) dan Nitric Oxide dalam praktik klinis kardiologi.
Pemeriksaan ini memungkinkan dokter melihat risiko kardiometabolik secara akurat sejak dini, bahkan sebelum gejala muncul.
“Dengan data biomarker, kami bisa menyusun strategi nutrisi yang benar-benar personal. Ini jauh lebih presisi dibanding hanya mengandalkan hasil lab kolesterol atau gula darah biasa,” kata Prof. Dasaad.
Inisiatif ini memungkinkan pasien menerima intervensi dini yang mencegah kerusakan jantung permanen, sekaligus mengurangi ketergantungan pada obat.
Kolaborasi AI dan Robotik: Masa Depan Layanan Jantung
Tak berhenti di situ, Bethsaida juga tengah menjajaki kerja sama dengan pusat teknologi medis Tiongkok untuk mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) dan robotik dalam layanan jantung.
“AI akan membantu kami membaca hasil angiografi dan MRI dengan lebih cepat dan akurat. Robotik akan meningkatkan presisi tindakan. Masa depan layanan jantung akan sangat bergantung pada dua hal ini,” ujar Prof. Dasaad.
Jika terealisasi, Bethsaida berpotensi menjadi rumah sakit pertama di Indonesia yang menerapkan teknologi robotik dan AI secara menyeluruh dalam praktik kardiologi.
Menghadapi Rumah Sakit Asing: Menang Lewat Empati dan Inovasi
Baca Juga: Kisruh Ijazah Jokowi: Mantan Rektor Tarik Ucapan, Dokter Tifa Sebut 'Kebenaran Sudah Dikumandangkan'
Terkait wacana rumah sakit asing masuk Indonesia, Prof. Dasaad justru menyambutnya dengan sikap terbuka. Ia percaya bahwa rumah sakit lokal bisa bersaing, bukan hanya dengan teknologi, tetapi dengan pemahaman budaya dan empati layanan.
“Pasien Indonesia punya karakter unik. Mereka ingin didengarkan, ingin merasa dekat. Kita tahu mereka maunya bubur, bukan pasta atau kari India saat sakit. Rumah sakit asing belum tentu mengerti hal-hal kecil itu,” ujarnya.
Lebih dari itu, Prof. Dasaad menekankan pentingnya revolusi mindset di dunia medis Indonesia, dari pasif menjadi aktif, dari kuratif menjadi preventif, dari tergantung obat menjadi membangun gaya hidup sehat.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 19 Oktober: Klaim 19 Ribu Gems dan Player 111-113
- Bukan Main-Main! Ini 3 Alasan Nusakambangan, Penjara Ammar Zoni Dijuluki Alcatraz Versi Indonesia
Pilihan
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
-
Pembelaan Memalukan Alex Pastoor, Pandai Bersilat Lidah Tutupi Kebobrokan
-
China Sindir Menkeu Purbaya Soal Emoh Bayar Utang Whoosh: Untung Tak Cuma Soal Angka!
Terkini
-
Bikin Anak Jadi Percaya Diri: Pentingnya Ruang Eksplorasi di Era Digital
-
Rahasia Tulang Kuat Sejak Dini, Cegah Osteoporosis di Masa Tua dengan Optimalkan Pertumbuhan!
-
Terobosan Baru! MLPT Gandeng Tsinghua Bentuk Program AI untuk Kesehatan Global
-
Ubah Waktu Ngemil Jadi "Mesin" Pembangun Ikatan Anak dan Orang Tua Yuk!
-
Kasus Kanker Paru Meningkat, Dunia Medis Indonesia Didorong Adopsi Teknologi Baru
-
Osteoartritis Mengintai, Gaya Hidup Modern Bikin Sendi Cepat Renta: Bagaimana Solusinya?
-
Fraud Asuransi Kesehatan: Rugikan Triliunan Rupiah dan Pengaruhi Kualitas Layanan Medis!
-
Rahasia Kehamilan Sehat dan Anak Cerdas: Nutrisi Mikro dan Omega 3 Kuncinya!
-
Kisah Ibu Tunggal Anak Meninggal akibat Difteri Lupa Imunisasi, Dihantui Penyesalan!
-
Masa Depan Layanan Kesehatan Ada di Genggaman Anda: Bagaimana Digitalisasi Memudahkan Pasien?