Suara.com - Lidah buaya atau aloe vera bukan sekadar tanaman hijau berduri yang tumbuh di pekarangan rumah. Tanaman ini telah menjadi salah satu bahan herbal paling populer dan serbaguna di dunia, dikenal luas karena manfaat kesehatannya yang luar biasa.
Dari minuman fungsional, suplemen nutrisi, hingga produk perawatan kulit, aloe vera terus menjadi bahan andalan dalam industri kesehatan dan kebugaran global.
Namun, di balik popularitasnya, ada tantangan besar yang harus dihadapi: menjaga kualitas dan keamanan lidah buaya secara konsisten di seluruh produk.
Variasi dalam cara tanam, panen, hingga proses pengolahan dapat memengaruhi kandungan kimia di dalamnya. Inilah mengapa kontrol kualitas berbasis sains menjadi sangat penting dalam produksi bahan herbal ini.
“Mengingat popularitasnya, kualitas dan keamanan produk yang mengandung lidah buaya menjadi sangat penting,” ujar Gary Swanson, Senior Vice President of Global Quality Assurance and Control di Herbalife.
“Variasi dalam budidaya, panen, dan pengolahan dapat memengaruhi komposisi kimia bahan lidah buaya, sehingga menuntut protokol pengujian yang kuat dan ilmiah untuk memastikan kualitas produk yang konsisten,” tambah dia.
Fokus pada Senyawa Kritis: Antraquinon
Salah satu senyawa penting yang harus dipantau dalam lidah buaya adalah antraquinon, termasuk aloin A, aloin B, dan aloe-emodin.
Senyawa ini alami terdapat pada lateks tanaman lidah buaya dan dapat menimbulkan efek biologis yang signifikan. Karena itu, regulasi internasional menuntut produsen untuk memantau kandungan ini dengan cermat.
Baca Juga: Mentan Bongkar Borok Produsen Beras Oplosan! Wilmar, Food Station, Japfa Hingga Alfamidi Terseret?
Herbalife telah lama menggunakan metode analitik canggih berbasis High-Performance Liquid Chromatography (HPLC) untuk memastikan keamanan produk lidah buaya mereka.
Metode ini bukan sekadar prosedur laboratorium internal, namun telah divalidasi secara global. Dalam studi lintas laboratorium yang melibatkan delapan laboratorium independen, HPLC terbukti akurat, tahan lama, dan dapat direproduksi di berbagai lingkungan pengujian.
Karena ketepatannya, metode ini telah ditetapkan sebagai Metode Resmi AOAC 2016.09, menunjukkan bahwa teknik ini memenuhi standar internasional.
“Selain menggunakan HPLC untuk analisis aloin, kami juga menggunakan spektrometri resonansi magnetik nuklir proton (NMR) untuk mengonfirmasi identitas molekuler dan kemurnian bahan lidah buaya,” jelas Gary.
“Metode ini memungkinkan verifikasi mendalam di luar sertifikasi pemasok biasa,” ungkap dia.
Dari Ladang ke Laboratorium: Pendekatan "Seed to Feed"
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?
-
Cara Mencegah Stroke Sejak Dini dengan Langkah Sederhana, Yuk Pelajari!
-
12 Gejala Penyakit ISPA yang Wajib Diwaspadai, Serang Korban Banjir Sumatra
-
Stop Gerakan Tutup Mulut! 3 Metode Ampuh Bikin Anak Lahap MPASI di Usia Emas
-
Bukan Hanya Estetika: Ini Terobosan Stem Cell Terkini yang Dikembangkan Ilmuwan Indonesia
-
Kolesterol Jahat Masih Tinggi, 80 Persen Pasien Jantung Gagal Capai Target LDL-C
-
Waspada Ancaman di Tanah Suci: Mengapa Meningitis Jadi Momok Jemaah Haji dan Umrah Indonesia?