Health / Parenting
Senin, 27 Oktober 2025 | 08:05 WIB
Ilustrasi Apoteker. (Pexels.com)
Baca 10 detik
  • Stunting di Indonesia terkendala kurangnya edukasi dan deteksi dini. 
  • Apotek berperan penting sebagai pusat informasi kesehatan terdekat, deteksi awal, dan kolaborasi dengan tenaga medis untuk edukasi berkelanjutan.

Suara.com - Masalah stunting di Indonesia bukan hanya soal gizi, tapi juga tentang kesenjangan akses terhadap informasi kesehatan dan deteksi dini yang masih terbatas. Banyak orang tua belum memahami bahwa pertumbuhan anak perlu dipantau secara rutin, bukan hanya dilihat dari berat badan, tetapi juga tinggi badan dan perkembangan perilaku. Padahal, masa 1.000 hari pertama kehidupan adalah periode paling krusial yang menentukan kualitas kesehatan anak di masa depan.

Di lapangan, masih banyak keluarga yang belum mendapatkan pendampingan cukup untuk mengenali tanda-tanda awal stunting. Edukasi gizi pun kerap berhenti di level kampanye, tanpa diikuti akses layanan yang mudah dijangkau.

Dalam situasi ini, peran pihak non-pemerintah dan sektor swasta menjadi penting untuk mengisi celah literasi kesehatan masyarakat, termasuk melalui kanal yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari: apotek.

Berikut sejumlah alasan mengapa apotek berperan penting dalam upaya edukasi dan pencegahan stunting:

1. Apotek adalah pusat kesehatan paling dekat dengan masyarakat

Bagi banyak keluarga, apotek menjadi tempat pertama yang didatangi ketika membutuhkan informasi kesehatan. Di sinilah edukasi sederhana tentang gizi anak dan tanda-tanda stunting dapat disampaikan langsung.

“Apotek memiliki posisi strategis dalam mendukung edukasi kesehatan masyarakat. Tidak hanya menjual obat, tetapi juga menjadi pusat informasi yang dapat membantu masyarakat memahami pentingnya pencegahan stunting sejak dini,” ujar Feri Irawan, Marketing & Partnership Manager PT K-24 Indonesia.

2. Deteksi dini bisa dimulai dari apotek

Melalui kerja sama dengan tenaga kesehatan dan perusahaan nutrisi, apotek dapat memfasilitasi pemeriksaan tinggi dan berat badan anak, serta memberikan panduan awal bagi orang tua.

Baca Juga: Prabowo Puji Kinerja Kepala BGN Kembalikan Dana MBG Rp 70 Triliun: Dia Patriot

Menurut dr. Tita Rahmawati, Head of Medical Affairs PT Sarihusada Generasi Mahardhika, “Masalah stunting tidak hanya disebabkan oleh kekurangan gizi, tetapi juga keterlambatan deteksi. Kolaborasi dengan sektor seperti apotek dapat memperkuat peran edukasi masyarakat dalam mengenali tanda-tanda risiko stunting lebih awal.”

3. Memperkuat kolaborasi antara apotek dan tenaga medis

Kesadaran akan peran tersebut kini semakin diperkuat melalui kegiatan Festival Sehat Ceria si Kecil yang digelar di Lapangan Jogja Expo Center (JEC), Yogyakarta, pada 6 Oktober 2025. Acara hasil kolaborasi antara K-24 Group dan PT Sarihusada Generasi Mahardhika ini menghadirkan lebih dari 2.000 peserta keluarga, dengan fokus pada pemeriksaan tumbuh kembang, edukasi gizi, dan deteksi dini risiko stunting.

Kegiatan seperti Festival Sehat Ceria si Kecil menjadi contoh nyata bagaimana apotek dapat berkolaborasi dengan tenaga medis, ahli gizi, dan komunitas untuk memberikan dampak yang lebih luas. Selain pemeriksaan tumbuh kembang, peserta juga mendapatkan konsultasi gizi dan literasi kesehatan yang aplikatif untuk kehidupan sehari-hari.

4. Edukasi berkelanjutan dari tempat yang paling dekat

dr. Tita menambahkan, “Kami percaya bahwa edukasi yang dimulai dari tempat yang paling dekat dengan masyarakat, seperti apotek, bisa memberikan dampak nyata.”

Load More