Suara.com - Pemerintah Kabupaen Aceh Barat, Provinsi Aceh terus berupaya menjadikan monumen pahlawan nasional Teuku Umar menjadi objek wisata sejarah untuk memikat wisatawan berkunjung ke daerah itu.
Kepala Bidang Kebudayaan dan Pariwisata pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga (Disbudparpora) Aceh Barat, Yanimar mengatakan, wisata sejarah paling banyak diminati masyarakat di daerah itu.
"Untuk langkah pengembangan wisata sejarah akan terus dilakukan, pada 2016 dan seterusnya tempat-tempat bersejarah seperti lokasi gugurnya Teuku Umar itu terus dilakukan pembangunan monumen sejarahnya," katanya, Kamis (11/2/2016).
Pernyataan tersebut disampaikan dalam dialog memperingati syahidnya pahlawan nasional Teuku Umar yang ke-117 pada 11 Februari 2016, sejumlah rangkaian acara telah dilakukan, termasuk ziarah makam dengan kanduri rakyat.
Yanimar menyebutkan, master plan terhadap rencana pembangunan monumen sejarah Teuku Umar sudah disiapkan, selain pembangunan monumen sejarah "Kupiah Meukeutop", juga dilakukan pemugaran makamnya berada di Meugo Reyek, Kecamatan Panton Reu.
Untuk menarik wisatawan berkunjung, lanjut dia, bukan hanya pembangunan monumen sejarah, tapi juga diiringi juga dengan pengembangan ekonomi kreatif yang menonjol, agar wisata sejarah di daerah itu memiliki nilai jual.
"Bila sudah tersedia monumen sejarah ini paling tidak menjadi edukasi generasi penerus mengetahui sejarah pahlawan. Demikian halnya untuk pengembangan objek wisata ini harus dibarengi dengan kreativitas masyarakat," tutur Yanimar.
Lebih lanjut ia mengatakan selain wisata sejarah, saat ini Pemkab Aceh Barat juga sedang fokus pada pengembangan wisata bahari, karena daerahnya juga memiliki banyak objek-objek wisata pantai alami yang berpotensi dikembangkan.
Yanimar mencontohkan objek wisata bahari di sepanjang pantai Lhok Bubon dan La Naga. Kedua kawasan pesisir itu telah menjadi prioritas pengembangan objek wisata bahari karena memiliki nilai jual panorama alam cukup bagus.
Lain lagi dengan pengembangan wisata budaya dan kuliner, meskipun belum muncul ke tingkat nasional, akan tetapi beragam kebudayaan daerah itu sering masuk nominasi dalam event perlombaan budaya di Provinsi Aceh.
"Jadi hanya tinggal bagaimana kita mengemasnya dengan baik agar ada nilai jual menarik wisatawan. Kita menargetkan bukan hanya wisatawan lokal, tapi dari luar juga. Hanya saja semua butuh tahapan sesuai kemampuan daerah," tutupnya. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Operasi Zebra 2025 di Sumut Dimulai Besok, Ini Daftar Pelanggaran yang Disasar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Mobil Keluarga Bekas Paling Dicari 2025, Murah dengan Performa Mumpuni
- 5 Mobil Sedan Bekas Pajak Murah dan Irit BBM untuk Mahasiswa
- 5 Rekomendasi Smartwatch Selain Apple yang Bisa QRIS MyBCA
Pilihan
-
Aksi Jatuh Bareng: Rupiah dan Mata Uang Asia Kompak Terkoreksi
-
4 HP RAM 12 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik untuk Gamer dan Multitasker Berat
-
Perusahaan BUMN dan Badan Negara Lakukan Pemborosan Anggaran Berjamaah, Totalnya Rp43 T
-
RKUHAP Resmi Jadi UU: Ini Daftar Pasal Kontroversial yang Diprotes Publik
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
Terkini
-
Ketika Jamu Menjadi Ikon Budaya yang Menghubungkan Generasi
-
Hoki, 3 Shio Paling Beruntung dan Penuh Cinta Besok 19 November 2025
-
Seaside Market Mawatu, Cerita Baru Tentang Labuan Bajo
-
Rahasia Perawatan Kulit di Musim Hujan: Tips agar Kulit Tetap Segar
-
Biodata dan Pendidikan Rospita Vici Paulyn: 'Semprot' UGM di Sidang Ijazah Jokowi
-
5 Rekomendasi Serum Penghilang Flek Hitam Usia 40 Tahun, Cocok Buat Ibu Rumah Tangga
-
5 Pilihan Cushion di Indomaret dengan Coverage Tinggi, Ampuh Samarkan Flek Hitam
-
5 Rekomendasi Sepatu Lokal Alternatif New Balance 530, Harga Lebih Murah
-
5 Rekomendasi Sepatu Lari 10K yang Empuk dan Ringan, Harga Terjangkau
-
Mengenal Apa Itu Parfum Feromon, Benarkah Bisa Bikin Lawan Jenis Tergoda?