Suara.com - Braunau am Inn, terletak di tepi selatan sungai Inn dan berbatasan dengan Jerman. Wilayah ini merupakan kota kecil menawan di Austria, namun memiliki sejarah 'kelam'.
Tidak jauh dari alun-alun Braunau Inn, terdapat jalan Salzburger Vorstadt, dimana berdiri bangunan tiga lantai bata beige berwarna mencolok, dengan nomor rumah 15. Di sinilah tempat di mana Adolf Hitler dilahirkan.
Pemimpin partai Nazi yang dikenal sebagai diktator itu lahir di tempat ini pada 20 April 1889. Pada saat itu, Hitler tinggal bersama ayahnya, Alois Hitler Sr dan ibunya Klara Pölzl di rumah sederhana tersebut.
Keluarga Hitler hanya menempati bangunan tersebut selama beberapa minggu, sebelum akhirnya mereka pindah ke alamat lain di kawasan Braunau. Saat Hitler berusia tiga tahun, keluarganya meninggalkan kota tersebut untuk selamanya.
Pada 1938, Hitler kembali ke Braunau, tapi hanya sebentar saat dalam perjalanan ke Wina, setelah ia menguasai Austria untuk Nazi Jerman.
Bangunan abad ke-17 ini juga sempat menjadi penginapan saat pemiliknya berganti. Setelah Hitler menjadi pemimpin Nazi, nilai properti bangunan ini naik menjadi empat kali lipat.
Hingga akhirnya bangunan ini diakuisisi oleh Nazi, dan direnovasi menjadi pusat kebudayaan dengan galeri dan perpustakaan umum. Setelah akhir Perang Dunia II, bangunan itu dikembalikan ke mantan pemilik, dan sampai 1965, digunakan sebagai perpustakaan umum.
Sepanjang tahun, bangunan ini seakan menjadi daya tarik tersendiri dan menjadi salah satu ziarah bagi simpatisan Nazi. Kementerian Dalam Negeri Austria menjadi begitu khawatir tentang kemungkinan neo-Nazi yang akan menggunakan gedung tersebut pada 1972.
Karenanya mereka berusaha mencegah penggemar Hitler mendapatkan bangunan tersebut, saat mereka ingin menyewa dari pemiliknya. Sampai sekitar lima tahun yang lalu, Kementerian Austria mengoperasikan bangunan tersebut sebagai pusat penitipan dan workshop bagi para penyandang keterbatasan fisik.
Namun sewa berakhir pada 2011, dan sejak itu bangunan tersebut kosong. Saat ulang tahun Hitler ke-100 pada tahun 1989, ada sebuah granit besar yang ditempatkan di dekat trotoar.
Sebuah tulisan tertera pada batuan tersebut yang artinya: "Untuk Perdamaian, Kebebasan dan Demokrasi. Jangan pernah ada lagi fasisme. Jutaan orang mati mengingatkan [kita]."
Batu memorial tersebut berasal dari tambang terkenal di kamp konsentrasi Mauthausen. (amusingplanet.com)
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Kepsek Roni Ardiansyah Akhirnya Kembali ke Sekolah, Disambut Tangis Haru Ratusan Siswa
-
Bukan Cuma Joget! Kenalan dengan 3 Influencer yang Menginspirasi Aksi Nyata untuk Lingkungan
-
Heboh! Rekening Nasabah Bobol Rp70 Miliar di BCA, OJK dan SRO Turun Tangan, Perketat Aturan!
-
Emiten Sejahtera Bintang Abadi Textile Pailit, Sahamnya Dimiliki BUMN
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
Terkini
-
Kenapa Ratu Tisha Dicopot dari Komite PSSI? Ini Alasannya
-
Kenapa Suami Mpok Alpa Ajukan Perwalian Anak? Bikin Pihak Keluarga Curiga
-
Festival Bodri 2025 Jadi Wadah Kolaborasi Lintas Sektor untuk Kelestarian DAS Bodri
-
4 Lip Product dengan Formula SPF 15, Bibir Sehat dan Cerah Ekstra Terlindungi
-
5 Model Gelang Emas untuk Anak Muda yang Elegan, Tak Terlihat Norak
-
Dari Parupuk Tabing, Gerakan Sederhana yang Bisa Ubah Padang Jadi Kota Nol Sampah
-
Pendidikan Mentereng Ratu Tisha yang Dicopot dari Komite PSSI, Siapa Penggantinya?
-
Kekayaan M Qodari yang Naik Pangkat Kepala Staf Kepresidenan: Punya 176 Bidang Tanah
-
13 Prompt Gemini AI Edit Foto Sinematik di Stasiun, Siap Pakai dan Hasilnya Kayak Asli
-
Profil Sarah Sadiqa yang Dilantik Jadi Kepala LKPP: Pendidikan, Rekam Jejak dan Kekayaan