Suara.com - Rumah Atsiri Indonesia yang berlokasi di kawasan dataran tinggi Desa Plumbon, Tawangmangu, Jawa Tengah, mengawali perjalanannya di tahun 2016 sebagai tempat wisata edukasi tentang tanaman aromatik khas Indonesia untuk pembuatan essential oil dan produk aromaterapi lainnya.
Natasha Clairine Mintarga, Founder dari Rumah Atsiri Indonesia, mengatakan bahwa awalnya bangunan Rumah Atsiri ini adalah bekas pabrik penyulingan Citronella pada zaman Presiden Ir. Soekarno pada tahun 1963, hasil kesepakatan perdagangan antara Indonesia dan Bulgaria pasca kemerdekaan. Kisah inilah yang menggugah Natasha untuk menyalakan kembali potensi industri tanaman aromatik dalam negeri.
Tanpa mengubah struktur asli bangunan utama yang dirancang tim dari Bulgaria, Natasha melakukan pengembangan kawasan seluas 5 hektar dan pembangunan fasilitas yang mendukung program penelitian, pelatihan, dan edukasi tentang produk olahan dari minyak atsiri. Pemandangan lanskap Gunung Lawu dan hamparan kebun bunga Marigold juga menciptakan suasana yang tenang dan menyegarkan pikiran.
Di Rumah Atsiri, Anda dapat melihat 80 jenis tanaman aromatik yang dibudidayakan, mendalami sejarah minyak atsiri di dunia dan inovasi alat penyulingannya dari masa ke masa, dan belajar tentang cara membuat essential oil di Learning Hubs.
Selain itu, ada juga fasilitas pendukung lainnya seperti akomodasi, restoran, dan function hall. Rumah Atsiri juga menawarkan paket tur untuk kunjungan grup maupun acara perusahaan.
Saat ini, terdapat 29 jenis essential oils yang diproduksi Rumah Atsiri. Java Rosemary, Lemongrass (Serai), dan Patchouli (Nilam) merupakan jenis tanaman yang tumbuh sangat subur di Indonesia, sehingga menjadi produk minyak atsiri unggulan dan banyak diminati pelanggan dari Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi.
“Tanaman aromatik yang tumbuh di Indonesia memiliki aroma yang khas. Contohnya, aroma Java Rosemary yang tumbuh di sini, memiliki wewangian yang berbeda dengan Rosemary di daerah atau negara lain. Keunikan inilah yang dicari oleh pasar internasional. Karenanya, kami ingin terus memperkenalkan produk minyak atsiri kepada masyarakat dan menjajaki lebih banyak kemitraan dengan institusi maupun komunitas-komunitas bisnis,” ungkap Natasha.
Dalam pengelolaan tanaman aromatik ini, Rumah Atsiri bermitra dengan para petani lokal dan 80% karyawan juga berasal dari masyarakat sekitar desa. Selain itu, Rumah Atsiri juga memberikan pembinaan terhadap UMKM lokal hingga mereka dapat memproduksi dan memperoleh izin PIRT untuk memasarkan produknya.
Sejak awal mendirikan Rumah Atsiri, Natasha telah memanfaatkan Facebook dan Instagram demi mempromosikan tempat ini sebagai sarana wisata edukasi untuk segala usia. Selain itu, penggunaan media sosial ini membantu Rumah Atsiri untuk menjangkau kelompok audience yang diinginkan.
Baca Juga: Permudah Aktivitas Lintas Platform, Facebook Hadirkan Fitur Baru
”Banyak pelanggan kami yang pertama kali mengetahui Rumah Atsiri dari Facebook atau Instagram, lalu mereka tertarik untuk datang. Selain mempromosikan wisata, kini kami juga dapat menawarkan produk essential oils siap pakai dan dapat dikirim ke seluruh Tanah Air. Dengan cara ini, kami berharap dapat semakin memajukan industri lokal minyak atsiri,” jelas Natasha, seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Suara.com.
Meski kegiatan wisata masih dibatasi karena pandemi, Rumah Atsiri mengalami peningkatan minat pelanggan terhadap produk essential oils, terutama minyak Ekaliptus. Selain itu, Rumah Atsiri juga berkolaborasi dengan institusi sekolah maupun komunitas untuk melakukan tur virtual dan pelatihan secara daring.
Facebook berkomitmen untuk memberikan dukungan bagi bisnis kecil dan menengah untuk terhubung dengan komunitas dan menciptakan dampak ekonomi. Pelaku bisnis seperti Rumah Atsiri Indonesia telah meningkatkan aktivitas jual-beli yang digerakkan oleh komunitas, yang dapat menumbuhkan para pelaku usaha kecil dan menengah meraih kesempatan melalui teknologi digital. Tugas Facebook adalah untuk memperkuat aktivitas ini, dan membangun solusi untuk membantu pelaku usaha. Apapun jenis usaha yang muncul di atas platform Facebook, kegiatan jual-beli yang digerakkan oleh komunitas ini akan menghadirkan pengalaman berbelanja yang lebih baik dan mampu memberdayakan lebih banyak orang untuk saling terhubung kapanpun dan dimanapun mereka berada.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 5 Rekomendasi Bedak Tabur untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Halus dan Segar
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Siswi SMA Cetak Prestasi Nasional Lewat Riset Biolarvasida dari Limbah Dapur
-
Finansial Serba Digital: Praktis Buat Urban, Tantangan Buat Indonesia
-
Skin Booster Bakal Jadi Tren Perawatan Kulit Natural yang Paling Dicari
-
5 Ide Kado Hari Guru Nasional 2025, Sederhana tapi Berkesan
-
5 Cushion yang Bagus untuk Usia 40-an, Garis Halus dan Flek Hitam Tersamarkan
-
5 Cushion dengan SPF 50 untuk Aktivitas Outdoor, Lindungi dari Sinar UV
-
Program Penanaman 1.000 Pohon Gaharu Dorong Ekosistem Industri Berbasis Keberlanjutan
-
7 Rekomendasi Serum Retinol untuk Usia 50 Tahun, Samarkan Tanda Penuaan
-
7 Sunscreen untuk Flek Hitam Usia 70 Tahun ke Atas, Rawat Kulit Tipis
-
Bukan Hanya Tren: Indonesia Pimpin Gerakan 'Slow Fashion' Global di BRICS+ Fashion Summit Moskow