Suara.com - Yayasan Biennale Yogyakarta akan menyelenggarakan Pameran Arsip Khatulistiwa pada 11 Oktober sampai 14 November 2021. Acara ini akan menampilkan arsip dan dokumen Biennale Jogja Seri Khatulistiwa (Equator) yang direka secara visual.
Pameran Arsip Khatulistiwa diselenggarakan di Taman Budaya Yogyakarta dan akan dibuka untuk umum. Salah satu yang mencuri perhatian dari pameran ini adalah adanya spot bermain Minecraft untuk mengunjungi pameran Biennale Jogja Seri Khatulistiwa (Equator).
Komunitas Minecraft Indonesia merekonstruksi ulang 5 pameran yang tersebar di sejumlah negara untuk menjadi Museum Khatulistiwa. Pengunjung dapat menjelajah Asia Tenggara, India, Brazil, kawasan Arab, dan Nigeria lewat permainan Minecraft ini.
"Kami bekerjasama dengan Yayasan Biennale Yogyakarta untuk membangun Museum Khatulistiwa virtual ini. Di dalam permainan ini pengunjung bisa melihat aneka karya yang pernah disajikan di pameran yang telah lalu," ungkap Audi selaku Head IT Developer dari Museum Khatulistiwa virtual ini.
Salah satu kesulitan yang dihadapi adalah konsepsi karya asli ke dalam bentuk Minecraft. Tim Komunitas Minecraft Indonesia ini merekonstruksi gambar 2 dimensi yang didapatkan menjadi bentuk piksel khas Minecraft.
Meski sulit, mereka dapat menyelesaikan pembangunan museum virtual ini hanya dalam waktu sekitar 1 bulan. Permainan ini pun bisa diakses secara daring melalui situs minecraft-id.net/ticket.
Adanya museum virtual ini juga bertujuan untuk menggaet minat anak muda yang suka bermain permainan daring pada seni.
"Bagi kami salah satu yang terpenting adalah bagaimana arsip muncul dalam bentuk teknologi. Keberadaan Museum Khatulistiwa ini juga bisa menarik minat penggemar game online terhadap seni," ujar Alia Swastika selaku Direktur Yayasan Biennale Yogyakarta pada acara Media Preview Pameran Arsip Biennale Jogja di Taman Budaya Yogyakarta pada Selasa (5/10/2021) siang.
Selain Pameran Arsip ini, di waktu yang bersamaan, pameran utama Biennale Jogja XVI Equator #6 2021 dengan tema Roots <> Routes digelar di Jogja National Museum. Ada pula pameran Bilik Negara Korea dan Taiwan, yang masing-masing diselenggarakan di Museum dan Tanah Liat dan Indie Art House.
Baca Juga: Nggak Perlu Internet, Ini 5 Deretan Game Offline Populer Android
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- Pengamat Pendidikan Sebut Keputusan Gubernur Banten Nonaktifkan Kepsek SMAN 1 Cimarga 'Blunder'
- Biodata dan Pendidikan Gubernur Banten: Nonaktifkan Kepsek SMA 1 Cimarga usai Pukul Siswa Perokok
- 6 Shio Paling Beruntung Kamis 16 Oktober 2025, Kamu Termasuk?
Pilihan
-
Prabowo Mau Beli Jet Tempur China Senilai Rp148 Triliun, Purbaya Langsung ACC!
-
Menkeu Purbaya Mulai Tarik Pungutan Ekspor Biji Kakao 7,5 Persen
-
4 Rekomendasi HP 2 Jutaan Layar AMOLED yang Tetap Jelas di Bawah Terik Matahari
-
Patrick Kluivert Bongkar Cerita Makan Malam Terakhir Bersama Sebelum Dipecat
-
Dear PSSI! Ini 3 Pelatih Keturunan Indonesia yang Bisa Gantikan Patrick Kluivert
Terkini
-
Warga Cikande Tolak Relokasi, Ini Dampak Jangka Panjang Terpapar Radiasi Cesium-137
-
Rahasia Cokelat Premium Indonesia: Ada Kisah Petani Lokal di Balik Rasa Mendunia
-
7 Sunscreen yang Waterproof untuk Berenang di Pantai, Aman buat Anak dan Dewasa
-
Manfaat Air Ginseng untuk Tubuh, Diberikan Mertua untuk Amanda Manopo Sebelum Acara Pernikahan
-
Dari Tugas Kuliah Jadi Bisnis Nyata, Begini Cara Es Jeruk Naik Kelas Jadi Minuman Premium
-
Warisan Rasa di Sentra Kue Subuh Senen: Filosofi Keberagaman Terungkap dalam Festival Kue Lapis!
-
Baek Sehee Meninggal di Usia 35 Tahun, Selamatkan Lima Nyawa Lewat Donasi Organ
-
Tiket Pesawat Murah di Jam Berapa? Ini Waktu Terbaik Membelinya, Gak Bakal Rugi!
-
7 Rekomendasi Sunscreen untuk Travelling: Praktis dan Water Resistant
-
Andra Soni dari Partai Apa? Aktifkan Lagi Kepala Sekolah SMAN 1 Cimarga yang Tampar Siswa