Suara.com - Masalah penumpukan sampah yang menyebabkan pencemaran lingkungan tidak hanya disebabkan jenis anorganik. Tapi juga sampah organik, terutama dari sisa makanan, yang kian bertambah jumlahnya.
Temuan dari penelitian Waste4Change bersama Direktorat Lingkungan Hidup Bappenas menemukan pada 2019 setiap orang membuang sampah makanan sebanyak 184 kilogram per tahun.
Ketua penelitian kajian food loss and waste dari Waste 4Change Annisa Ratna Putri mengatakan, setidaknya ada lima penyebab utama sampah makanan kian bertambah. Terutama pada food loss atau sampah yang dihasilkan dalam industri makanan.
"Pertama, kurang baik perlakukan makanan ketika distribusikan, setelah panen kurang baik perlakukannya," tutur Annisa dalam webinar 'Indonesia Mubadzir Pangan, Kok Bisa?' dalam LCDC Week 2021, Selasa (12/10/2021).
Penyebab kedua, terkait ruang penyimpanan makanan. Terutama dalam rumah tangga, menurut Annisa, masyarakat masih kurang memahami cara menyimpan makanan di mana tidak semuanya bisa bertahan lama jika disimpan dalam kulkas.
"Padahal ada juga makanan yang kalau ditaruh di kulkas malah jadi lebih cepat berjamur," imbuhnya.
Kemudian, prevensi konsumen juga berpengaruh. Jika konsumen enggan memilih makanan yang bentuk agak berbeda padahal secara nutrisi sama, akhirnya produk tersebut tidak terjual dan terbuang.
Kurangnya edukasi terkait sampah makanan menjadi penyebab keempat. Baik masyarakat juga pelaku usaha makanan dinilai masih kurang paham terkait pengelolaan sampah makanan. Akibatnya menyebabkan cara penyimpanan salah juga perlakuan yang kurang baik.
"Poin kelima paling krusial, kelebihan porsi dan perilaku konsumen. Kalau kita sering berpikir lebih banyak lebih baik daripada kurang, jadi sediain banyak. Pola pikir itu harus mulai kita evaluasi. Kalau memang gak sanggup dihabiskan, jangan pesan terlalu banyak. Dan kalau tidak bisa dihabiskan, selalu usahakan dibawa pulang untuk dikonsumsi kembali," tuturnya.
Baca Juga: Sampah Makanan Orang Indonesia yang Terbuang, Setara dengan Memberi Makan 125 Juta Jiwa
Untuk mengurangi jumlah sampah makanan kian menumpuk, Annisa menyarankan terapkan konsep first in first out dalam penyimpanan makanan. Ia menjelaskan, jangan mengambil dan menggunakan bahan makanan yang disimpan terakhir.
Tetapi ambil yang lebih dulu disimpan agar supaya bahan makanan tidak sampai kadaluwarsa dan harua dibuang.
Jika sama sekali tidak bisa menghindari sisa makanan yang harus dibuang, Annisa menyarankan agar lakukan pilah sampah sebelum dibuang.
"Supaya sampah makanan tidak ke TPA. Jadi pilah dulu sampah makanan, kemudian jika memungkinkan bisa olah di rumah jadi biopori atau komposter di rumah. Kalau di lingkungan rumah sudah ada fasilitas kompos komunal, bisa juga di TPS3R," ucapnya.
Sementara itu, pelaku usaha juga punya peran krusial dalam mengendalikan jumlah sampah makanan. Salah satunya bisa dengan berperan aktif lakukan kampanye habiskan makanan disetiap outlet atau tempat makan.
"Misalnya ada flyer kecil bertuliskan habiskan makanan. Juga dari berbagai stakeholder baik pemerintah, NGO, swasta lewat berbagai webinar, instagram, membagikan informasi dari kajian khusus food and waste. Jadi harapannya semakin banyak yang membagikan hal seperti ini, jadi masyarakat makin tersadarkan kalau isu ini penting. Dan seharusnya memang makanan yang disajikan dihabiskan," pungkasnya.
Berita Terkait
-
BRIN dan IOCAS Mulai Riset Laut Jangka Panjang, Soroti Polusi Plastik dan Arus Global
-
5 Aplikasi Pembersih Sampah Terbaik di HP Android, Dijamin Ampuh
-
Ekonomi Sirkular: Limbah Rumah Tangga Kini Bisa Diolah Pupuk Organik Cair
-
69 Persen Sampah Dibuang Sembarangan, Pemerintah Siapkan Aturan Kelola Baru
-
Aksi di Gedung DPR RI 27-28 Agustus Hasilkan 28,63 Ton Sampah
Terpopuler
- KPK: Perusahaan Biro Travel Jual 20.000 Kuota Haji Tambahan, Duit Mengalir Sampai...
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
Pilihan
-
Media Lokal: AS Trencin Dapat Berlian, Marselino Ferdinan Bikin Eksposur Liga Slovakia Meledak
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
Terkini
-
5 Tanaman Pengusir Cicak di Rumah, Aman dan Mudah Ditanam!
-
Gak Perlu Ngopi, Cukup Semprot! 5 Parfum Aroma Kopi Ini Bikin Fokus Seharian
-
7 Rekomendasi Sunscreen yang Water Based untuk Kulit Kering, Langsung Meresap Tanpa Lengket
-
5 Rekomendasi Sunscreen Buat Olahraga: Tekstur Ringan dan Bebas Whitecast
-
Duduk Perkara Banyak Band Cabut dari PestaPora karena Freeport: Tuai Kecewa Hingga Putus Kerjasama
-
Disponsori Freeport, Berapa Harga Tiket Pestapora?
-
Profil Kiki Ucup Promotor Pestapora: 'Dicampakkan' Band Gegara Sponsor PT Freeport
-
Sosok Eko Purnomo: Dikira Penjarah Rumah Sahroni, Ternyata Seniman Mendunia
-
Apa Saja Golden Rules JKT48? Tidak Hanya Dilarang Berpacaran
-
Mengenal Sindrom Patah Hati, Begini Cara Pemulihannya