Lifestyle / Komunitas
Selasa, 20 Februari 2024 | 18:34 WIB
Salah satu gerbang masuk Binus School, Serpong, Tangerang Selatan. [Suara.com/Rena Pangesti]

Suara.com - Kasus perundungan alias bullying yang terjadi di Binus School Serpong hingga kini masih menjadi sorotan. Pasalnya, kasus bullying ini melibatkan nama anak artis Vincent Rompies. Hal tersebut membuat banyak warganet terkejut. Pasalnya, warganet tidak menyangka kalau anak Vincent Rompies melakukan tindakan bullying kepada juniornya.

Namun, rupanya bukan hanya anak Vincent Rompies yang merupakan putra sosok ternama. Pasalnya, dari beberapa pelaku yang melakukan bullying tersebut juga ada anak anggota DPR RI dan mantan penyiar berita sekaligus pemimpin redaksi salah satu stasiun televisi, Arief Suditomo hingga dokter spesialis urologi, dr. Edwin Tobing.

Salah satu gerbang masuk Binus School, Serpong, Tangerang Selatan. [Suara.com/Rena Pangesti]

Hal itu lantas menjadi sorotan warganet. Pasalnya, menurut warganet para pelaku merupakan anak dari sosok ternama. Hal itu yang menjadi alasan para pelaku berani melakukan bullying atau kekerasan kepada korban.

"Mentang-mentang anak pejabat , anak artis , anak yang punya stasiun tv lah ,, yg namanya bullying tetep aja harus dapet hukuman setimpal minimal korban mukul balik lah sesuai yang mereka lakuin ke korban wkwkwk ,, tolol kata gw kalo damai," tulis akun @kepo***.

Gara-gara anak orang ternama jadi merasa besar bertindak semaunya, kurang ajar,” cuit akun @bw******.

Lantas, mengapa pada beberapa kasus anak dari sosok ternama menjadi pelaku kekerasan? Menanggapi fenomena tersebut, Psikolog Klinis & Co-Founder Ohana Space, Veronica Adesla, M.Psi., menjelaskan bahwa pada dasarnya kedudukan tinggi tidak selalu mendorong seseorang untuk melakukan kekerasan.

Justru, pandangan mengenai status tersebut yang sebenarnya bisa menjadi pemicu seseorang dalam bersikap dan berperilaku.

“Kedudukan yang lebih tinggi tidak serta-merta mendorong seseorang untuk melakukan hal semena-mena, termasuk kekerasan. Persepsi dan nilai dari kedudukan yang lebih tinggi inilah yang memengaruhi bagaimana seseorang bersikap dan berperilaku atas status tersebut,” ungkap Veronica saat dihubungi Suara.com, Selasa (20/2/2024).

Pasalnya, kedudukan lebih tinggi sesungguhnya adalah tanggung jawab yang lebih besar. Mereka yang memiliki kedudukan tinggi itu memiliki tanggung jawab moral yang harus diembannya dalam menjalankan tugas dan perannya secara baik dan benar. Hal ini karena setiap perbuatannya memberikan dampak terhadap banyak orang ataupun masyarakat.

Baca Juga: Tabiat Buruk ke Orang Tua Terkuak, Anak Vincent Rompies Disebut Salah Pergaulan

Sementara itu, kasus perundungan di Binus School Serpong juga bisa terjadi karena penyalahgunaan senioritas. Banyak yang menyalahartikan statusnya sebagai senior sehingga merasa memiliki kuasa lebih tinggi dibandingkan juniornya.

Akibatnya, hal ini membuat seseorang berlaku semena-mena. Bahkan, lebih parahnya, mereka tidak memedulikan hak asasi manusia dan kebebasan orang lain.

“Senioritas dapat menjadi masalah ketika keadaan lebih tinggi tersebut disalahartikan dan disalahgunakan sebagai kuasa yang lebih tinggi atas orang lain. Mereka merasa boleh sewenang-wenang untuk melakukan atau meminta apa pun yang dikehendaki tanpa memedulikan hak asasi manusia dan kehendak bebas orang lain,” jelas Veronica.

Oleh sebab itu, seseorang memang bisa terdorong melakukan kekerasan karena merasa kedudukannya lebih tinggi jika ia menyalahgunakan posisinya. Namun, faktornya tidak hanya itu. Kekerasan ini juga bisa didorong oleh faktor lain, mulai dari pola asuh, pertemanan, lingkungan, hingga interaksi sosial.

Load More