Suara.com - Pengguna media sosial dibuat geram dengan aksi seorang pria yang mengencingi Telaga Kuning, Gunung Lawu. Apalagi aksi pendaki tersebut direkam dan diviralkan di media sosial.
Diketahui belakangan, seorang pendaki pria viral di media sosial usai mengunggah video kencing sambil berdiri di Telaga Kuning, Gunung Lawu. Videonya yang tersebar di media sosial lantas membuat pria tersebut banjir kecaman.
Usai viral, pria yang belakangan diketahui bernama Abu Khoir itu menghapus videonya. Ia kemudian melakukan klarifikasi bahwa aksinya hanya pura-pura kencing dengan menggunakan botol air minum.
Meski sudah meminta maaf dan klariikasi, pendaki tersebut mendapatkan sanksi kena blacklist tak boleh mendaki di seluruh gunung di Jawa. Sanksi itu diterapkan lantaran pendaki asal Semarang itu dianggap tak beretika.
Video Abu Khoir yang kembali diunggah akun Instagram @/campermagz sontak menuai berbagai respons dari warganet.
"Pentingnya attitude dan sopan santun," komentar warganet.
"Dia belum kena kualat aja tuh," tulis warganet di kolom komentar.
"Ini akhirnya udah kena blacklist sih," timpal lainnya.
Berkaca dari kasus tersebut, tidak ada salahnya untuk menilik lagi etika naik gunung yang perlu diperhatikan para pendaki. Apa saja?
Baca Juga: Sosok Naomi, Siswi SMK Semarang yang Viral Usai Hilang di Gunung Slamet
Etika Naik Gunung
Bagi pendaki gunung, ada sejumlah etika yang perlu ditaati, antara lain:
1. Jaga Sopan Santun
Menjaga sopan santun menjadi hal yang diperlukan saat naik gunung. Usahakan tidak bertindak sembrono dan semaunya sendiri.
2. Tidak Merusak Tanaman
Saat mendaki gunung, pendaki tentu tidak diperbolehkan merusak tanaman. Seperti merusak tanaman langka, menebang pohon, dan lain sebagainya.
3. Tidak Meninggalkan Sampah
Saat mendaki gunung, hal yang sering didengar adalah 'jangan tinggalkan apa pun selain jejak'. Ungkapan itu juga berlaku untuk sampah. Jangan menjadi pecinta alam yang malah merusak alam dengan meninggalkan sampah.
4. Menghormati Kepercayaan Sekitar
Setiap gunung atau alam memiliki cerita sendiri. Entah sekadar mitos atau cerita rakyat, pendaki tentu harus menghormati kepercayaan masyarakat sekitar.
Berita Terkait
Terpopuler
- Sama-sama dari Australia, Apa Perbedaan Ijazah Gibran dengan Anak Dosen IPB?
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Lihat Permainan Rizky Ridho, Bintang Arsenal Jurrien Timber: Dia Bagus!
- Ousmane Dembele Raih Ballon dOr 2025, Siapa Sosok Istri yang Selalu Mendampinginya?
- Jadwal Big 4 Tim ASEAN di Oktober, Timnas Indonesia Beda Sendiri
Pilihan
Terkini
-
Syarat Kenaikan Jabatan ASN Terbaru, Benarkah Bisa Tiap Bulan?
-
Apa Itu HACCP? dr. Tan Shot Yen Heran Ahli Gizi SPPG MBG Tak Paham Istilah Penting Ini
-
Di Mana Ahmad Sahroni Sekarang? Cerita Sembunyi di Kamar Mandi saat Penjarahan Viral
-
Profil dan Rekam Jejak Irjen Ramdani Hidayat, Dankorbrimob Baru Pengganti Komjen Imam Widodo
-
Sistem Pendidikan Orchid Park Secondary School: Sekolah Gibran yang Jadi Sorotan
-
Ramalan Zodiak Hari Ini 26 September 2025, Apa Kata Semesta untuk Aries hingga Capricorn?
-
Ekonomi Lesu Bikin Tren Wisata Bergeser ke Arah Liburan Hemat, Hotel Mewah Bukan Pilihan Utama!
-
Telur Ceplok vs Dadar, Mana yang Lebih Bergizi? Ini Pilihan Prabowo untuk Menu MBG
-
9 Potret Rumah Mewah Fitri Salhuteru di BSD: Luas Hampir 4.000 Meter, View Lapangan Golf
-
10 Cara Mengatasi Skin Barrier Rusak selain Memakai Produk Skincare