Lifestyle / Komunitas
Kamis, 04 September 2025 | 14:42 WIB
Ilustrasi travel warning (Freepik)

Di sisi lain, pemerintah Australia meningkatkan panduan perjalanan ke Level 2, mengingat adanya risiko kerusuhan dan kerusakan di berbagai wilayah, termasuk Bali sebagai tujuan wisata utama.

Negara-negara lain seperti Malaysia, Singapura, Jepang, Filipina, Kanada, dan Prancis turut menekankan agar warganya menjauhi keramaian dan waspada terhadap kemungkinan konflik.

Travel warning ini berlaku di berbagai platform resmi, mulai dari situs pemerintahan, media sosial kedutaan, hingga panduan perjalanan resmi masing-masing negara.

Apa Dampak Travel Warning bagi Indonesia?

Peringatan perjalanan dari negara-negara tersebut jelas berdampak pada sektor pariwisata.

Wisatawan asing cenderung menunda perjalanan ke wilayah yang menjadi pusat demonstrasi, terutama Jakarta, sehingga paket tur dan reservasi hotel di daerah tersebut mengalami penurunan permintaan.

Namun, destinasi populer yang relatif jauh dari pusat demonstrasi, seperti Bali, Labuan Bajo, Yogyakarta, dan Lombok, tetap ramai dikunjungi.

Hal ini menunjukkan bahwa travel warning bersifat selektif, lebih menekankan kehati-hatian, dan bukannya larangan total.

Meski begitu, reputasi Indonesia di kancah internasional juga bisa terpengaruh. Pemerintah dan aparat terkait dituntut untuk menstabilkan kondisi dan menjaga keamanan agar wisatawan tetap nyaman beraktivitas.

Baca Juga: Fenomena Brave Pink Ramai Jadi Ikon Solidaritas, Sekarang Kok Malah Jadi Perdebatan?

Setiap aksi massa yang menjadi sorotan media luar negeri sering kali memberi kesan bahwa Indonesia berisiko untuk dikunjungi, padahal faktanya tidak selalu demikian.

Untuk itu, strategi komunikasi publik sangat dibutuhkan agar informasi tersampaikan dengan tepat.

Pemerintah perlu menyampaikan narasi yang menekankan bahwa kerusuhan adalah kejadian terisolasi, sementara aktivitas masyarakat sehari-hari tetap berlangsung normal dan aman.

Kontributor : Dini Sukmaningtyas

Load More