Lifestyle / Food & Travel
Jum'at, 26 September 2025 | 12:24 WIB
Ilustrasi gambar telur ceplok vs telur dadar [dibuat dengan AI]

Suara.com - Presiden RI Prabowo Subianto sangat memperhatikan detail menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi salah satu program unggulannya.

Baru-baru ini, perhatian publik tertuju pada instruksi uniknya terkait cara memasak telur untuk menu tersebut.

Menurut Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana, Prabowo secara spesifik hanya memperbolehkan dua jenis olahan telur, yakni telur ceplok dan telur rebus. Prabowo bahkan melarang telur dadar atau orak-arik.

Alasannya, Prabowo ingin memastikan setiap anak benar-benar menerima satu butir telur utuh setiap hari.

Dengan telur ceplok atau rebus, jumlahnya mudah dikontrol dan terlihat jelas. Lain halnya dengan telur dadar atau orak-arik, di mana 5 butir telur bisa dibagi untuk 7 hingga 10 anak, membuat distribusinya tidak merata dan kurang transparan.

Namun di luar alasan logistik yang masuk akal tersebut, muncul pertanyaan lain yang menarik yakni benarkah secara gizi telur ceplok memang lebih unggul dari telur dadar? Simak penjelasan berikut ini.

Kandungan Gizi Telur Ceplok vs Telur Dadar

Ilustrasi gambar telur ceplok vs telur dadar [dibuat dengan AI]

Secara umum, telur adalah sumber nutrisi yang luar biasa, kaya akan protein, lemak sehat, vitamin (terutama A dan B), serta mineral penting seperti kalsium dan fosfor. Tapi, cara memasak ternyata bisa memengaruhi nilai gizi tersebut.

Menurut beberapa ahli gizi, ada perbedaan kecil namun signifikan antara telur ceplok dan dadar.

Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia menyatakan bahwa nilai gizi pada telur dadar cenderung sedikit lebih rendah dibandingkan telur ceplok. Apa alasannya?

Baca Juga: Bukan Prabowo, Pidato Presiden Kolombia Gustavo Petro Paling Keras sampai AS Walk out

Jawabannya terletak pada senyawa yang ada di dalam telur itu sendiri. Bagian putih telur mentah mengandung protein bernama avidin.

Tugas avidin adalah mengikat biotin (vitamin B7) yang banyak terdapat di kuning telur. Biotin sangat penting untuk metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein dalam tubuh, serta berperan dalam menjaga kesehatan kulit, rambut, dan saraf.

Ketika membuat telur dadar, putih dan kuning telur dikocok bersama. Proses pengocokan ini bisa menyebabkan avidin dari putih telur mengikat biotin, yang kemudian dapat mengurangi ketersediaan biotin untuk diserap tubuh.

Meski sebagian besar avidin akan hancur oleh panas saat dimasak, proses pengocokan ini tetap berpotensi mengurangi sedikit nutrisi penting tersebut.

Sebaliknya, pada telur ceplok, kuning dan putih telur tidak tercampur. Dengan begitu, interaksi avidin dan biotin minim, memastikan penyerapan biotin yang optimal oleh tubuh.

Telur Ceplok vs Telur Dadar: Mana Lebih Sehat?

Ilustrasi anak sekolah makan telur ceplok vs telur dadar [dibuat dengan AI]

Terlepas dari perdebatan teknis tentang biotin dan avidin, perbedaan gizi antara telur ceplok dan telur dadar sebenarnya tidak terlalu drastis. Kandungan utama seperti protein dan lemak tidak berubah signifikan.

Faktor yang paling memengaruhi kesehatan akhir olahan telur tersebut justru ada pada metode memasaknya, terutama jumlah dan jenis minyak yang digunakan.

  • Telur Ceplok: Biasanya dimasak dengan sedikit minyak, sehingga penambahan kalori dan lemak cenderung minimal. Jika menggunakan minyak sehat seperti minyak zaitun atau minyak kanola, kamu bahkan bisa mendapatkan manfaat lemak tak jenuh tambahan.
  • Telur Dadar: Sering kali dimasak dengan minyak yang lebih banyak dan kadang dicampur bahan lain seperti keju, sosis, atau susu. Hal ini bisa membuat kandungan kalori dan lemaknya lebih tinggi dibandingkan telur ceplok.

Jadi, meski ada sedikit argumen ilmiah yang mendukung telur ceplok, pilihan yang paling sehat dari semua olahan telur sebenarnya adalah telur rebus. Ini karena telur rebus dimasak tanpa minyak sehingga kandungan kalori dan lemaknya paling rendah dan nutrisinya tetap utuh.

Kontributor : Trias Rohmadoni

Load More