Lifestyle / Food & Travel
Jum'at, 26 September 2025 | 12:29 WIB
Ilustrasi merencanakan liburan. (freepik)
Baca 10 detik
  • Selain mencari liburan paket hemat, saat ini wisatawan cenderung memangkas pemborosan.
  • Wisatawan berfokus pada experience alias pengalaman.
  • Hotel di pinggiran kota yang akses transportasinya tetap mudah jadi lebih dilirik.

Suara.com - Di tengah kondisi ekonomi yang lesu dan daya beli masyarakat yang menurun, terjadi pergeseran tren liburan di Indonesia. Kini semakin banyak warga yang menahan diri dari wisata durasi panjang alias long haul, dan beralih ke pengalaman yang lebih sederhana namun bermakna.

Fakta ini diungkap President Director PT BET Obaja International, Rudy Lie yang mengatakan saat ini wisatawan tidak lagi berfokus pada destinasi mahal atau fasilitas mewah, melainkan pengalaman, efisiensi, dan pelayanan yang memuaskan.

“Mereka mencari paket yang efisien, harga yang terjangkau, tapi tetap dapat pengalaman yang bagus,” ujar Rudy di Jakarta Pusat, Senin (22/9/2025).

Selain mencari liburan paket hemat, Rudy juga mengatakan saat ini wisatawan cenderung memangkas pemborosan. Sehingga tujuan liburan dengan berbelanja, fasilitas penginapan yang dianggap terbaik kini tidak lagi jadi poin wajib saat mengunjungi tempat wisata.

Sebagai gantinya saat ini kata Rudy, wisatawan berfokus pada experience alias pengalaman seperti menikmati pemandangan hingga menjelaskan suasana di sekitar tempat wisata.

“Pemandangan, keindahan alam lokal, eksplorasi budaya, itu yang makin dicari. Wisata belanja dan paket mewah tetap ada, tapi bukan lagi pilihan utama bagi sebagian besar konsumen,” sambung Rudy.

President Director PT BET Obaja International, Rudy Lie. (Suara.com/Dini Afrianti Effendi)

Kondisi serupa juga berlaku pada jenis kuliner yang dicari wisatawan. Menurut Rudy alih-alih makanan yang disajikan di hotel hingga berkualitas tinggi dalam paket wisata, kini wisatawan akan mencari makanan lokal.

“Kalau dulu semua makan sudah diatur dalam paket, sekarang ada yang dikurangi. Biarkan wisatawan memilih makanan lokal sesuai selera mereka. Itu justru memberi pengalaman lebih otentik,” jelasnya.

Rudy yang baru saja meresmikan cabang ke-9 OBAJAtour di Agora Mall @Thamrin Nine menambahkan, pemotongan biaya liburan juga tercermin akomodasi yang dipesan. Dibanding hotel mewah kata Rudy, wisatawan kini lebih pilih hotel di pinggiran kota yang akses transportasinya tetap mudah.

Baca Juga: 10 Negara yang Paling Sepi Turis, Cocok untuk Petualangan

“Hotel kan hanya untuk istirahat. Dengan memilih lokasi yang sedikit bergeser dari pusat, harga bisa jauh lebih efisien,” jelas Rudy.

Uniknya, meski liburan hemat saat ini tengah jadi tren tapi bukan berarti destinasi wisata luar negeri sepi peminat. Rudy yang kerap menghadirkan kenyamanan, kecepatan, dan layanan premium saat merencanakan liburan lewat OBAJAtour mengatakan saat ini banyak perusahaan mulai alokasikan sarana perjalanan insentif untuk karyawannya ke destinasi luar negeri.

“Antusias masyarakat untuk liburan ke luar negeri juga masih tinggi, apalagi saat libur Lebaran atau akhir tahun,” ujarnya.

Ia menambahkan, Tiongkok kini menjadi salah satu tujuan favorit karena infrastruktur wisatanya semakin baik dan harga paket masih relatif murah.

“Ke China itu biayanya bisa di bawah Rp15 juta untuk 7 hingga 8 hari, sudah termasuk tiket, akomodasi, makan, dan tur,” pungkasnya.

Rudy yang juga turut mengamati tren liburan, gaya berlibur hemat ini akan terus berlanjut, terutama jika inflasi dan pelemahan ekonomi berlanjut. Di sisi lain, tren ini membuka peluang baru bagi pelaku pariwisata lokal, terutama destinasi domestik dengan biaya lebih murah dan pengalaman autentik.

“Intinya, masyarakat tetap ingin liburan. Bedanya sekarang mereka lebih cermat, lebih efisien, dan lebih mencari pengalaman dibanding sekadar gengsi atau belanja,” pungkas Rudy.

Load More