- Fintech kini menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat urban melalui dompet digital, paylater, hingga investasi online.
- Namun akses layanan masih timpang, dengan mayoritas pengguna berada di Jabodetabek dan literasi digital yang belum merata.
- Industri menunjukkan kemajuan dalam tata kelola, keamanan, dan profitabilitas, tetapi inklusi tetap menjadi tantangan utama.
Suara.com - Kehidupan finansial masyarakat urban kini bergerak makin cepat dan serba instan. Fintech tak lagi sekadar alat transaksi, tetapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup yang melekat dalam keseharian, terutama di kota besar.
Namun di balik kemudahan ini, muncul pertanyaan penting: apakah transformasi digital ini benar-benar dirasakan merata oleh seluruh masyarakat?
Sebagai gambaran lebih luas mengenai kondisi industri, Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) baru saja merilis Annual Members Survey (AMS) 2024–2025, laporan tahunan yang memetakan tren bisnis, tata kelola, hingga tantangan inklusi digital di Indonesia.
Survei ini menghimpun data dari pelaku fintech lintas kategori dan menjadi rujukan penting untuk melihat bagaimana teknologi keuangan berkembang serta siapa yang paling diuntungkan.
Faktanya, penetrasi fintech di Indonesia masih sangat timpang secara geografis.
Temuan AMS mencatat 73,77 persen pengguna fintech masih terkonsentrasi di wilayah Jabodetabek, sementara wilayah non-metropolitan tertinggal dalam akses layanan keuangan digital.
Mayoritas pengguna juga berasal dari kelas menengah berpendapatan Rp5–10 juta, bukan kelompok berpenghasilan rendah yang justru membutuhkan akses keuangan lebih inklusif.
Ketua Umum AFTECH, Pandu Sjahrir, menegaskan bahwa data ini bukan sekadar catatan statistik, tetapi arah perbaikan ekosistem.
"Tantangan ini bukan hambatan, tapi peta jalan untuk memperkuat ekosistem. Kita sudah memasuki fase yang lebih matang. Fokusnya bukan hanya inovasi, tapi memastikan dampaknya nyata dan dirasakan masyarakat luas," ujarnya.
Baca Juga: Literasi Keuangan untuk Gen Z di Kampus: Bekal Wajib di Tengah Maraknya Layanan Finansial Digital
Tidak hanya soal akses, literasi keuangan digital juga menjadi pekerjaan rumah besar. Meskipun transaksi digital meningkat, banyak konsumen belum memahami risiko keamanan, pengelolaan utang digital, atau cara berinvestasi secara bijak.
Sebanyak 59,02 persen pelaku industri menyebut rendahnya literasi sebagai hambatan terbesar inklusi digital. Pada saat yang sama, phishing dan penipuan digital masih marak, meski persentasenya menurun dari tahun sebelumnya.
Meski penuh tantangan, industri fintech menunjukkan pergeseran strategi. Alih-alih mengandalkan pendanaan eksternal dan ekspansi agresif, banyak perusahaan kini fokus pada profitabilitas dan efisiensi internal.
Sebanyak 43,4 persen perusahaan fintech pada 2025 memilih tidak lagi aktif mencari pendanaan eksternal, menandakan pergeseran ke model bisnis berkelanjutan. Ini juga dibarengi peningkatan adopsi standar keamanan internasional seperti ISO/IEC 27001.
Di sisi lain, tren bisnis ikut berubah. Pengguna dari sektor business-to-business (B2B) melonjak dari 27,48 persen menjadi 50 persen dalam setahun, menandakan peran fintech sebagai infrastruktur digital untuk sektor riil. Ekspansi global juga naik dari 56 persen pada 2024 menjadi 64 persen pada 2025.
Transformasi digital telah mengubah cara masyarakat mengelola uang, bertransaksi, hingga membangun kebiasaan finansial baru.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 5 Rekomendasi Bedak Tabur untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Halus dan Segar
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Siswi SMA Cetak Prestasi Nasional Lewat Riset Biolarvasida dari Limbah Dapur
-
Skin Booster Bakal Jadi Tren Perawatan Kulit Natural yang Paling Dicari
-
5 Ide Kado Hari Guru Nasional 2025, Sederhana tapi Berkesan
-
5 Cushion yang Bagus untuk Usia 40-an, Garis Halus dan Flek Hitam Tersamarkan
-
5 Cushion dengan SPF 50 untuk Aktivitas Outdoor, Lindungi dari Sinar UV
-
Program Penanaman 1.000 Pohon Gaharu Dorong Ekosistem Industri Berbasis Keberlanjutan
-
7 Rekomendasi Serum Retinol untuk Usia 50 Tahun, Samarkan Tanda Penuaan
-
7 Sunscreen untuk Flek Hitam Usia 70 Tahun ke Atas, Rawat Kulit Tipis
-
Bukan Hanya Tren: Indonesia Pimpin Gerakan 'Slow Fashion' Global di BRICS+ Fashion Summit Moskow
-
5 Rekomendasi Body Lotion Mengandung AHA dan BHA untuk Memutihkan Kulit