Lifestyle / Komunitas
Senin, 01 Desember 2025 | 09:24 WIB
Ilustrasi tanaman kopi sebagai solusi ekonomi alternatif.(Dokumentasi pribadi)
Baca 10 detik
  • Pelestarian SM Nantu-Boliohuto dan Tahura BJ Habibie mengutamakan peningkatan ekonomi alternatif masyarakat Gorontalo.
  • GEF SGP Indonesia memfasilitasi pertemuan lintas sektor di UNG untuk berbagi praktik baik dan solusi lingkungan.
  • Berbagai inovasi lokal diterapkan, meliputi budidaya lebah madu, agroforestri, hingga pengembangan komoditas pertanian berkelanjutan.

Suara.com - Upaya pelestarian Suaka Margasatwa (SM) Nantu-Boliohuto dan Taman Hutan Raya (Tahura) BJ Habibie, Provinsi Gorontalo, tidak melulu bertumpu pada penertiban tambang ilegal atau pemulihan ekosistem. Sejumlah solusi dan inovasi mengacu kepada peningkatan ekonomi alternatif bagi masyarakat.

Ragam inovasi tersebut dipaparkan dalam momen penutupan program Global Environment Facility Small Grants Programme (GEF SGP) Indonesia. Acara yang dihadiri sejumlah pemangku kepentingan ini digelar di Aula Unit Penunjang Akademik (UPA) Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Gorontalo, Kamis (27/11/2025).

Dihadiri sejumlah pihak lintas sektor, pertemuan tersebut terbilang langka. Acara itu menjadi ruang strategis untuk menyampaikan capaian program, berbagi praktik baik, dan merumuskan langkah keberlanjutan. Tak hanya itu, forum itu menjadi ajang curhat terkait masalah yang terjadi, terutama di SM Nantu-Boliohuto dan Tahura BJ Habibie.

Nah, salah satu masalah yang diangkat terkait aktivitas tambang emas ilegal di SM Nantu-Boliohuto. Aktivitas ini dinilai meresahkan masyarakat serta mengancam ekosistem di wilayah tersebut. Sejumlah pihak berupaya untuk memberikan solusi terhadap masalah yang ditimbulkan dari eksploitasi sumber daya alam tersebut.

Tidak hanya solusi dari pemerintah untuk melakukan pendampingan warga yang terdampak dan edukasi terkait geologi, sektor ekonomi pun tak pelak menjadi sorotan. Ada beberapa solusi alternatif yang dikemukakan sebagai bentuk nyata transformasi ekonomi lokal ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Salah satu alternatif yang diperkuat adalah budidaya lebah madu atau yang dikenal dengan nama latin Apis Cerana di Desa Pangahu, Kecamatan Asparaga, Kabupaten Gorontalo. Inovasi ini dinilai memiliki prospek cerah. Inisiatif ini menjadi bagian dari strategi meningkatkan ekonomi warga tanpa mengorbankan hutan.

Turut hadir dalam pertemuan lintas sektor tersebut, Koordinator Nasional GEF SGP Indonesia Sidi Rana Menggala mengatakan pihaknya membantu untuk memberdayakan komunitas untuk menangani isu lingkungan yang mereka hadapi, salah satunya yang terjadi di SM Nantu Boliohuto.

“Dengan mendukung inisiatif lokal, GEF SGP membantu memberdayakan komunitas untuk menangani isu lingkungan mereka sendiri. Hal ini menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap sumber daya alam, sehingga mendorong praktek yang lebih berkelanjutan,” ujar Sidi.

Ragam Solusi Tingkat Tapak

Nah, dalam kesempatan tersebut, beragam lembaga mitra GEF SGP Indonesia Fase 7 memaparkan hasil kerja mereka selama program. Pemaparan tersebut menunjukkan berbagai inovasi dan dampak positif di tingkat tapak setelah mendapatkan manfaat dari program GEF SGP Indonesia Fase 7.

Salah satu pemaparan dari Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Gorontalo dan Institute for Human and Ecological Studies (Inhides) yang berfokus pada peningkatan kapasitas dan advokasi. Mereka menyoroti kerusakan hutan akibat pertambangan ilegal dan ancaman Hutan Tanaman Energi (HTE). Selain itu, mereka juga memfasilitasi terbentuknya kolektif perempuan tani dan mitigasi konflik satwa liar.

Sementara, dari sisi pengelolaan lahan, Pusat Studi Biologi Biosfer (PSB Biosfer) berupaya menekan laju pembukaan lahan. Caranya mendorong masyarakat menanam tanaman keras selain jagung. Inisiatif ini diwujudkan melalui pelatihan pembuatan briket dari limbah tongkol jagung dan pembuatan pupuk.

Pupuk organik cair sebagai solusi ekonomi alternatif bagi warga di SM Nantu-Boliohuto dan Tahura BJ Habibie, Gorontalo.(Dokumentasi Pribadi)

Ada pula Women Institute for Research and Empowerment (WIRE-G) mendampingi perempuan dan orang muda di Desa Bihe dan Pangahu. Fokus mereka adalah penguatan agensi perempuan dan anak muda, serta mendorong perencanaan pembangunan desa yang responsif gender.

Marsudi Lestantun menonjol melalui program agroforestri Silvopastura atau praktik mengintegrasikan pohon, hijauan, dan penggembalaan hewan peliharaan dengan cara yang saling menguntungkan. Lembaga ini menerapkan penanaman penghijauan berbasis peternakan dan mendampingi kelompok tani agar beralih dari pola tanam monokultur jagung ke sistem tanaman tahunan dan multikultur.

Dalam ranah pengembangan komoditas, Agraria Institute bekerja di Desa Bihek dan Bondula guna menyeimbangkan kepentingan ekologi dan ekonomi. Mereka memfasilitasi penandaan batas partisipatif, mendorong penanaman bibit kakao dan tanaman adat seperti agar, serta berkolaborasi dengan barista untuk mengembangkan kopi lokal.

Kelompok Tani Hutan (KTH) Pobuto Nantu, menggandeng Marsudi Lestantun sejak program GEF SGP Indonesia Fase 6. Mereka mengembangkan komoditas kakao hingga menembus expo di Jakarta. Uniknya, kakao ini bahkan diolah menjadi camilan lokal seperti keripik atau cemilan. Buntutnya, inisiatif ini memberikan nilai tambah bagi petani.

Load More