Suara.com - Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat (AS) Dino Patti Djalal menjawab tudingan yang menyebutkan dirinya Amerikasentris karena selalu mengaitkan berbagai hal di Indonesia dengan negeri Paman Sam.
"Banyak yang tanya dan kritik mengapa saya katakan para santri Pondok Pesantren As Salam, Tuban, Jawa Timur, lebih tangguh dari siswa SMA di Amerika Serikat," kata Dino dalam akun Twitter resmi di Jakarta, Senin (24/2/2014).
Dia menilai pernyataannya sangat berdasar dengan kondisi nyata pesantren tersebut saat dirinya berkunjung pada Jumat-Sabtu (14-15 Februari 2014).
Dino mengatakan semua santri di Pesantren As Salam hidup bergotong-royong, saling membantu dalam proses pembelajaran, dan berpikiran terbuka terhadap dunia luar.
"Walaupun banyak dari keluarga tidak mampu, para santri As Salam sama sekali tidak merasa rendah diri dan menyambut saya dengan penuh percaya diri," ujarnya.
Dino menambahkan selama menginap di pesantren tersebut, ada nilai nilai yang dimiliki santri As Salam, namun tidak dimiliki pelajar di AS.
Dia menyontohkan para santri yang bangun jam 03.30 WIB, lalu sholat subuh bersama, kemudian belajar kelompok dengan sistem para senior membimbing junior.
"Setelah belajar pagi, mereka mandi lalu mulai masuk sekolah pukul 07.00 WIB hingga siang hari, istirahat, sekolah kembali. Setelah itu para santri ikut kegiatan ekstrakurikuler, makan malam, belajar, dan tidur pukul 22.00 WIB," katanya.
Ciri khas lain dari pesantren itu, para santri menyambut Dino dengan tiga bahasa, yaitu Indonesia, Arab, dan Inggris. Selain itu, menurut Dino, dalam diskusi dengan para santri, pertanyaan yang dilontarkan sangat tajam dalam yang diungkapkan dalam bahasa Inggris.
"Para santri pesantren As Salam sangat disiplin, tidak pernah mengeluh dan semuanya sangat menurut dan taat pada ustadz dan ustadzah," katanya.
Sebelumnya, Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar, Indra J Piliang, mengkritik Dino yang ia nilai masih tahap belajar dalam politik.
"Mereka mengatakan terkejut melihat ini dan itu, menandakan sedang alami 'culture shock' masuk dalam dunia politik," kata Indra, Rabu (19/2/2014).
Indra juga mengkritik Dino yang mengatakan pondok pesantren di Indonesia lebih bagus dibandingkan sekolah di AS. Sikap itu, menurut Indra, menunjukkan 'trademark' Dino masih Amerikasentris, yaitu selalu mengaitkan berbagai hal di Indonesia dengan Amerika.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- 5 Link DANA Kaget Terbaru Bernilai Rp 434 Ribu, Klaim Sekarang Sebelum Kehabisan!
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
DPRD DKI Dukung Pramono Tambah Rute LRT hingga PIK2: Perkuat Konektivitas di Utara Jakarta
-
Pemangkasan TKD Diprotes Gubernur, Sultan Sebut Itu Bentuk Kepedulian dan Tanggung Jawab Politik
-
Atraksi Binturong 'Berkaki Lima' Jadi Primadona di Malam Perdana Ragunan Zoo
-
Antusiasme Pengunjung Ragunan Malam di Luar Dugaan, Kadis Pertamanan: Saya Kaget!
-
Uji Coba Wisata Malam Ragunan: Nostalgia Masa Kecil di Bawah Bintang!
-
93 KK di Kampung Nelayan Indramayu Mendapatkan Layanan Sambung Listrik Gratis dari PLN
-
Modal Rp 20 Ribu, Pria Ini Bikin Geger Pasar Malam Usai Sabet Dua Sepeda Listrik Sekaligus
-
Mengenang Kejayaan Grand Mall Bekasi, Dulu Primadona Kini Sepi Bak Rumah Hantu
-
4 Fakta Tutupnya Grand Mall Bekasi, Kalah Saing hingga Tinggalkan Kenangan Manis
-
Agustina Wilujeng: Kader Posyandu Adalah Garda Terdepan Kesehatan Warga Semarang