Suara.com - Jumlah pendaki yang meninggal akibat longsor di Gunung Everest, Jumat (18/4/2014) lalu bertambah menjadi 13 orang. Musibah tersebut merupakan yang paling banyak menelan korban jiwa dalam delapan tahun terakhir.
Pejabat dari Kementerian Pariwisata Nepal, Madhu Burlakoti mengatakan, tiga orang lainnya masih hilang dan enam orang mengalami luka-luka akibat longsor tersebut. Peristiwa itu terjadi di ketinggian 50 ribu kaki dan dari 50 pendaki yang terjebak longsor itu sebagian besar adalah warga Sherpa. Sherpa adalah suku asli wilayah timur Nepal.
Salah satu pendaki yang selamat dari bencana longsor itu adalah Wangdi Sherpa (26 tahun) yang bekerja di perusahaan Summit Treks. Ketika bencana longsor itu terjadim Wangdi tengah membawa 13 turis dari Inggris untuk mencapai puncak Gunung Everest.
Kata Wangsi, ketika itu dia dan sejumlah pendaki tengah berupaya membangun basecamp di Camp II. Dia mengaku beruntung tidak menjadi korban akibat bencana longsor itu.
“Potongan es yang besar tiba-tiba jatuh dari puncak. Saya tidak berpikir bisa selamat. Saya senang akhirnya lolos dari musibah itu,” kata Wangdi yang sudah tiga kali mencapai puncak Everest.
Dia dan asistennya terikat dengan tali pengaman, bersembunyi di belakang potongan es ketika terjadi longsor.
“Kami bisa melakukan itu karena kami berada di bagian paling depan. Sekitar 12 orang yang berada di belakang kami juga selamat, tetapi rombongan setelah mereka meninggal,” ujar Wangdi.
Musibah ini terjadi di masa sibuk pendakian gunung Everest. Para pendaki biasanya tiba pada April untuk bisa mencapai puncak gunung tertinggi di dunia itu. Suku Sherpa biasanya selalu menjadi pemandu untuk pendaki asing. Belum diputuskan apakah pendakian ke puncak Gunung Everest akan dilanjutkan pascamusibah Jumat lalu. (CNN)
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 8 Bedak Translucent untuk Usia 50-an, Wajah Jadi Flawless dan Natural
- Sepatu On Cloud Ori Berapa Harganya? Cek 5 Rekomendasi Paling Empuk buat Harian
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- Pemain Keturunan Jerman Ogah Kembali ke Indonesia, Bongkar 2 Faktor
Pilihan
-
Hasil SEA Games 2025: Mutiara Ayu Pahlawan, Indonesia Siap Hajar Thailand di Final
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
Terkini
-
DPR Usul Presiden Bentuk Kementerian Bencana: Jadi Ada Dirjen Longsor, Dirjen Banjir
-
Pemerintah Pulangkan 2 WN Belanda Terpidana Kasus Narkotika Hukuman Mati dan Seumur Hidup
-
Aksi 4 Ekor Gajah di Pidie Jaya, Jadi 'Kuli Panggul' Sekaligus Penyembuh Trauma
-
Legislator DPR Desak Revisi UU ITE: Sikat Buzzer Destruktif Tanpa Perlu Laporan Publik!
-
Lawatan ke Islamabad, 6 Jet Tempur Sambut Kedatangan Prabowo di Langit Pakistan
-
Kemensos Wisuda 133 Masyarakat yang Dianggap Naik Kelas Ekonomi, Tak Lagi Dapat Bansos Tahun Depan
-
27 Sampel Kayu Jadi Kunci: Bareskrim Sisir Hulu Sungai Garoga, Jejak PT TBS Terendus di Banjir Sumut
-
Kerugian Negara Ditaksir Rp2,1 T, Nadiem Cs Segera Jalani Persidangan
-
Gebrakan KemenHAM di Musrenbang 2025: Pembangunan Wajib Berbasis HAM, Tak Cuma Kejar Angka
-
LBH PBNU 'Sentil' Gus Nadir: Marwah Apa Jika Syuriah Cacat Prosedur dan Abaikan Kiai Sepuh?