Suara.com - Di tengah sejumlah sanjungan dari berbagai elemen terhadap Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait sukses dan amannya kampanye dan penyelenggaraan Pemilu Legislatif (Pileg) lalu, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) justru menemukan sejumlah besar tindak kekerasan berbau politik.
Menurut Kontras, tercatat setidaknya ada 81 peristiwa kekerasan yang terjadi pada masa sebelum Pileg digelar pada 9 April 2014 lalu.
"Kontras mencatat setidaknya 81 peristiwa kekerasan bermotif politik terjadi sepanjang tahapan kampanye Pemilu 2014. Ada 44 kasus pengrusakan, 24 penganiayaan, 8 intimidasi, 5 penembakan, 2 penculikan, dan 10 kasus bentrokan antar-massa," jelas Ananto Setiawan di Kantor Kontras, Jalan Borobudur, Jakarta Pusat, Sabtu (17/5/2014).
Lebih jauh dikatakan Ananto, akibat dari rentetan peristiwa kekerasan itu, setidaknya tercatat 7 orang meninggal dunia dan 48 orang menderita luka-luka.
Sementara, selain kekerasan fisik, kampanye SARA juga tercatat menjadi senjata sebagian partai politik (parpol) dalam kampanye Pileg lalu. Kontras pun sangat menyayangkan hal ini, karena jelas merupakan sebuah upaya untuk menyebarkan kebencian.
"Kontras juga menyayangkan kampanye yang bertentangan dengan hak asasi manusia (HAM), seperti hal-hal yang berbau SARA," lanjut Ananto.
Berdasarkan peristiwa yang terjadi itu, Ananto menegaskan bahwa Kontras sangat berharap agar dalam kampanye Pilpres nanti, hal serupa tidak sampai terjadi lagi.
"Kita mengimbau kepada perangkat Pemilu, penegak hukum, agar dengan tegas menindak setiap pelanggaran yang ada, dan (kami) berharap tidak terjadi lagi pada Pilpres nanti," tandasnya.
Berita Terkait
-
Aliansi Laki-Laki Baru: Lelaki Korban Kekerasan Seksual Harus Berani Bicara
-
Jeritan Sunyi di Balik Tembok Maskulinitas: Mengapa Lelaki Korban Kekerasan Seksual Bungkam?
-
Oh Young Soo Kakek Squid Game, Dinyatakan Tak Bersalah atas Kasus Pelecehan Seksual
-
Dikdasmen Revisi Aturan Sekolah Aman Pasca Insiden SMAN 72 Jakarta, Dorong Pencegahan Kekerasan
-
Gelar Pahlawan untuk Soeharto, KontraS: Upaya Cuci Dosa Pemerintah
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- Promo Superindo Hari Ini 10-13 November 2025: Diskon Besar Awal Pekan!
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
Pilihan
-
Tekad Besar Putu Panji Usai Timnas Indonesia Tersingkir di Piala Dunia U-17 2025
-
Cek Fakta: Viral Isu Rektor UGM Akui Jokowi Suap Rp100 Miliar untuk Ijazah Palsu, Ini Faktanya
-
Heimir Hallgrimsson 11 12 dengan Patrick Kluivert, PSSI Yakin Rekrut?
-
Pelatih Islandia di Piala Dunia 2018 Masuk Radar PSSI Sebagai Calon Nahkoda Timnas Indonesia
-
6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
Terkini
-
Pesan Pengacara PT WKM untuk Presiden Prabowo: Datanglah ke Tambang Kami, Ada 1,2 Km Illegal Mining
-
Misteri Penculikan Bilqis: Pengacara Duga Suku Anak Dalam Hanya 'Kambing Hitam' Sindikat Besar
-
Babak Baru Korupsi Petral: Kejagung Buka Penyidikan Periode 2008-2015, Puluhan Saksi Diperiksa
-
Aliansi Laki-Laki Baru: Lelaki Korban Kekerasan Seksual Harus Berani Bicara
-
Ahli BRIN Ungkap Operasi Tersembunyi di Balik Jalan Tambang PT Position di Halmahera Timur
-
Jeritan Sunyi di Balik Tembok Maskulinitas: Mengapa Lelaki Korban Kekerasan Seksual Bungkam?
-
Mendagri Tito Dapat Gelar Kehormatan "Petua Panglima Hukom" dari Lembaga Wali Nanggroe Aceh
-
'Mereka Mengaku Polisi', Bagaimana Pekerja di Tebet Dikeroyok dan Diancam Tembak?
-
Efek Domino OTT Bupati Ponorogo: KPK Lanjut Bidik Dugaan Korupsi Monumen Reog
-
Bukan Kekenyangan, Tiga Alasan Ini Bikin Siswa Ogah Habiskan Makan Bergizi Gratis