Suara.com - Kantor lembaga survei Poltracking Institute di Jakarta diteror sejak Jumat (11/7/2014) dini hari tadi. Poltracking merupakan lembaga yang membatalkan penayangan hasil quick count mereka di stasiun tvOne pada Pemilu Presiden 9 Juli 2014 lalu.
"Betul, Poltracking mengalami teror sejak semalam," kata Direktur Eksekutif Poltracking Institute Hanta Yudha ketika dikonfirmasi suara.com, Jumat (10/7/2014) siang.
Bagaimana kronologis insiden tersebut terjadi?
Berdasarkan keterangan penjaga kantor, ada telepon ke kantor sejak sekitar pukul 01.00 WIB. Penjaga kantor melihat ada dua orang di depan pagar gerbang kantor pada saat telepon kantor secara bersamaan berdering. Telepon berlanjut sampai sekitar pukul 04.00 WIB dengan jeda beberapa kali. Telepon kembali berdering hingga empat kali pada pukul 08.30 WIB.
Beberapa staf Poltracking mengungkapkan pada pukul 10.30 WIB tadi, datang tiga orang yang mengaku sebagai intelijen Polres Setiabudi bahwa akan ada potensi penyerangan terhadap kantor Poltracking.
Saat ini, anggota Polres Setiabudi berjaga-jaga di sekitar kantor Poltracking.
Setelah muncul informasi ancaman, pihak Poltracking pun langsung mengondisikan seluruh staf.
Ancaman terhadap Poltracking terjadi setelah hari pemungutan suara 9 Juli 2014, dimana Poltracking adalah salah satu lembaga yang mengumumkan hasil quick count pemilu presiden.
Hasil quick count Poltracking adalah Prabowo-Hatta mendapat 46,30 suara dan Joko Widodo-Jusuf Kalla 53,70 persen suara dengan data masuk 99,75 persen serta margin of error satu persen.
Sudah menjadi perbincangan publik bahwa dalam pelaksanaan quick count, Poltracking memutuskan untuk tidak mempublikasikan hasilnya dengan tvOne karena ada kesepakatan yang dinilai melanggar.
Sementara itu, kantor lembaga survei Populi Center di Senayan juga dijaga polisi. Tapi, tidak ada teror yang diterima Populi Center.
Direktur Populi Center, Usep S Ahyar, mengungkapkan anggota polisi mulai berjaga-jaga sekitar jam 02.30 WIB.
“Sampai sekarang masih ada polisi, jadi sepertinya mereka antisipasi berdasarkan analisis-analisis mereka (terhadap situasi keamanan) sehingga perlu adanya penjagaan,” kata Usep kepada suara.com.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Cek Fakta: Viral Klaim Pigai soal Papua Biarkan Mereka Merdeka, Benarkah?
-
Ranking FIFA Terbaru: Timnas Indonesia Makin Pepet Malaysia Usai Kena Sanksi
-
Sriwijaya FC Selamat! Hakim Tolak Gugatan PKPU, Asa Bangkit Terbuka
-
Akbar Faizal Soal Sengketa Lahan Tanjung Bunga Makassar: JK Tak Akan Mundur
-
Luar Biasa! Jay Idzes Tembus 50 Laga Serie A, 4.478 Menit Bermain dan Minim Cedera
Terkini
-
Wagub Babel Hellyana Resmi Jadi Tersangka Ijazah Palsu
-
Eksklusif! Jejak Mafia Tambang Emas Cigudeg: Dari Rayuan Hingga Dugaan Setoran ke Oknum Aparat
-
Gibran Bagi-bagi Kado Natal di Bitung, Ratusan Anak Riuh
-
Si Jago Merah Ngamuk di Grogol Petamburan, 100 Petugas Damkar Berjibaku Padamkan Api
-
Modus 'Orang Dalam' Korupsi BPJS, Komisi 25 Persen dari 340 Pasien Hantu
-
WFA Akhir Tahun, Jurus Sakti Urai Macet atau Kebijakan Salah Sasaran?
-
Kejati Jakarta Tetapkan 2 Pegawai BPJS Ketenagakerjaan Jadi Tersangka Tindak Pidana Klaim Fiktif JKK
-
Sempat Kabur dan Nyaris Celakai Petugas KPK, Kasi Datun HSU Kini Pakai Rompi Oranye
-
Jadi Pemasok MBG, Perajin Tempe di Madiun Raup Omzet Jutaan Rupiah per Hari
-
Cegah Kematian Gajah Sumatera Akibat EEHV, Kemenhut Gandeng Vantara dari India