Suara.com - Saat ini sudah tinggal kurang dari tiga hari menjelang pengumuman resmi hasil rekapitulasi suara Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Namun sementara itu, masih diragukan apakah kedua belah pihak pasangan calon akan bisa menerima atau tidak, apa pun hasilnya yang akan disampaikan KPU nanti.
Sehubungan dengan itu, sejumlah pihak menilai bisa jadi ada potensi kekacauan (chaos) yang terjadi nanti di saat dan sesudah pengumuman hasil Pilpres itu, terutama dengan ketegangan di tingkat massa pendukung selama ini. Dalam hal ini, menurut peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bhakti, hanya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-lah yang bisa meredam hal-hal yang tak diinginkan tersebut.
"Kalau buat saya, iya," kata Ikrar, usai diskusi Perspektif Indonesia dengan topik "Jelang Penetapan KPU", di Jakarta Selatan, Sabtu (19/7/214), ketika ditanya apakah memang hanya Presiden yang dapat meredam kisruh jika itu memang terjadi.
Lebih jauh, Ikrar juga mengatakan bahwa jika hal itu bisa dilakukan oleh SBY, maka Presiden dua periode itu akan turun dari jabatannya dengan mendapatkan legitimasi politik yang sangat baik.
Terlepas dari itu, Ikrar sendiri mengimbau kepada tim sukses dan pendukung para capres-cawapres, untuk tidak hanya mengatakan kemenangan pasangannya saja. Melainkan menurutnya, mereka harus menunjukkan bukti-bukti yang pas dan bisa dipertanggungjawabkan, agar masyarakat tidak dilanda kebingungan.
"Namanya timses, pasti ingin mensukseskan calon presiden dan calon wakil presidennya. Tapi, mensukseskan itu harus dengan cara yang legal dan masuk akal," seru Ikrar.
"Kemudian masih ngotot 'metodologi quick count kami benar.' (Namun) Ketika mereka diminta untuk hadir dalam evaluasi, mereka tidak mau hadir. Itu menunjukkan bahwa kata dengan perbuatan tidak sama. Sedangkan dari lembaga quick count yang lain, mereka bersedia. Kemudian diaudit, dilihat metodologinya bagaimana, pengambilan sampelnya, (juga) siapa yang mendanai," ungkapnya pula.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
Prabowo Kunjungan di Sumatra Barat, Tinjau Penanganan Bencana dan Pemulihan Infrastruktur
-
Viral Tumpukan Sampah Ciputat Akhirnya Diangkut, Pemkot Tangsel Siapkan Solusi PSEL
-
KPK Buka Peluang Periksa Istri Ridwan Kamil di Kasus Korupsi Bank BJB, Sebut Perceraian Tak Pengaruh
-
Membara Kala Basah, Kenapa Kebakaran di Jakarta Justru Meningkat Saat Hujan?
-
Keroyok 'Mata Elang' Hingga Tewas, Dua Polisi Dipecat, Empat Lainnya Demosi
-
Disebut-sebut di Sidang Korupsi Chromebook: Wali Kota Semarang Agustina: Saya Tak Terima Apa Pun
-
Kemenbud Resmi Tetapkan 85 Cagar Budaya Peringkat Nasional, Total Jadi 313
-
Bukan Sekadar Viral: Kenapa Tabola Bale dan Tor Monitor Ketua Bisa Menguasai Dunia Maya?
-
Muncul SE Kudeta Gus Yahya dari Kursi Ketum PBNU, Wasekjen: Itu Cacat Hukum!
-
Drone Misterius, Serdadu Diserang: Apa yang Terjadi di Area Tambang Emas Ketapang?