Suara.com - Organisasi hak asasi manusia Amnesti Internasional merilis data yang cukup mengejutkan soal angka hukuman mati di Arab Saudi. Menurut, Amnesti, sepanjang bulan ini, bisa dikatakan hampir setiap hari ada satu orang yang dipenggal di negeri tersebut.
Amnesti mencatat, ada kenaikan eksekusi mati di Arab Saudi sejak akhir bulan Ramadhan pada 28 Juli lalu. Antara tanggal 4 Agustus hingga 22 Agustus, sudah ada 22 orang yang dieksekusi. Jumlah itu jauh meningkat jika dibandingkan dengan yang terjadi antara Januari hingga Juli yang tercatat hanya 17 eksekusi.
Hari Senin awal pekan ini, dua pasang kakak beradik dieksekusi mati dengan dipenggal kepalanya. Amnesty mengatakan, sebagaian besar dari mereka dipenggal karena kejahatan ringan, namun disiksa agar mengakui kejahatan mereka.
"Orang-orang itu disiksa untuk mengakui kejahatan mereka, divonis tanpa bantuan hukum, dan dieksekusi dengan putusan mengerikan oleh kebrutalan sanksi negara Kerajaan itu," kata Said Boumedouha, Wakil Direktur Amnesti Internasional di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Seorang lelaki bernama Hajras al-Qurey akan menjadi orang ke-23 yang dipenggal bulan ini. Hajras dijatuhi hukuman mati pada 16 Januari tahun lalu atas tuduhan penyelundupan obat-obatan terlarang.
Mereka ditangkap bersama anaknya saat membawa obat terlarang dengan mobilnya menyeberangi perbatasan al-Khadra, Yaman. Sang anak Muhammad, divonis 20 tahun penjara ditambah 1.000 kali cambukan.
Namun, menurut Amnesti, ayah dan anak itu mengaku mendapat siksaan selama interogasi berlangsung. Mereka juga dilarang menemui pengacara mereka.
Mereka yang terancam eksekusi mati di Arab Saudi adalah mereka yang melakukan kejahatan seperti pencabulan, perampokan bersenjata, pemurtadan, penyalahgunaan obat, pemerkosaan, praktek perdukunan, dan sihir. Sebagian besar eksekusi berupa penggal kepala dan dilakukan di depan umum.
Dalam beberapa kasus, mayat mereka dibiarkan saja berada di tempat umum. Tujuannya adalah untuk menimbulkan efek jera kepada masyarakat.
Pekan lalu, dunia juga dihebohkan dengan kemunculan video rekaman pemenggalan James Foley, seorang jurnalis Amerika Serikat oleh Negara Islam (IS), yang sebelumnya menamakan diri Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Pemenggalan itu konon dilakukan di sebuah tempat di kawasan Irak. (News.com.au)
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas dengan Sunroof Mulai 30 Jutaan, Kabin Luas Nyaman buat Keluarga
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 5 Mobil Bekas 3 Baris 50 Jutaan dengan Suspensi Empuk, Nyaman Bawa Keluarga
- 5 Motor Jadul Bermesin Awet, Harga Murah Mulai 1 Jutaan: Super Irit Bensin, Idola Penggemar Retro
Pilihan
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
Terkini
-
Bangunan Parkir 2 Lantai Runtuh di Koja, Polisi Turun Tangan Selidiki
-
TNI Bubarkan Aksi Bawa Bendera GAM di Aceh, Satu Orang Terciduk Bawa Pistol dan Rencong
-
Bukan Cuma Lokal, Turis Eropa Serbu Kota Tua Jakarta Saat Natal: Ternyata Ini yang Mereka Cari
-
Pratikno: Januari 2026, Siswa Terdampak Bencana Sumatra Dipastikan Kembali Sekolah
-
Pemerintah Cabut Izin Jutaan Hektare Sawit dan Segel 5 Perusahaan Tambang
-
RI Tak Main-main! Bintang Porno Bonnie Blue Diadukan ke Inggris Usai Lecehkan Bendera Merah Putih
-
Pesan Mendagri ke Daerah Kaya: Jangan Simpan Anggaran, Bantu Korban Bencana
-
Prabowo: Pemerintah Tak Libur, Fokus Pulihkan Aceh dan Sumatra
-
Geger Video Bom di Bandara Batam, Kapolda Kepri: Hoaks! Pelaku Sedang Kami Kejar
-
Kejar Target Akhir Tahun, Seskab Teddy dan BP BUMN Percepat Pembangunan 15.000 Rumah Pascabencana