Suara.com - Kenaikkan harga gas elpiji 12 kilogram membuat sejumlah pedagang makanan di kawasan Pasar Baru Jakarta Pusat, beralih ke gas elpiji subsidi 3 kilogram.
"Kami beralih ke gas tiga kilogram karena lebih murah dan irit," kata Sansan, penjual makanan di warung tegal di kawasan Pasar Baru, Senin (15/9/2014).
Ia mengatakan ketersediaan gas subsidi di tingkat penyalur juga terjamin, sehingga mereka lebih memilih gas elpiji 3 kilogram.
Perbedaan harga yang cukup tinggi menurutnya menjadi salah satu pertimbangan untuk beralih ke gas subsidi.
Sementara pedagang makanan lainnya, Sumarni mengatakan harga gas subsidi di tingkat pengecer juga naik dari Rp17 ribu menjadi Rp19 ribu per tabung.
"Sudah sebulan ini harga gas subsidi naik menjadi Rp19 ribu per tabung, biasanya kami terima Rp17 ribu per tabung," katanya.
Lima hari setelah PT Pertamina menaikkan harga gas elpiji tabung 12 kilogram, permintaan terhadap gas subsidi sudah diprediksi akan meningkat.
Direktur PT Dwi Karya Mandala Maya Novita, penyalur gas elpiji di Pasar Rebo, Jakarta Timur mengatakan permintaan terhadap gas subsidi melonjak pascakenaikan harga gas tabung 12 kilogram.
"Biasanya sehari habis 500 tabung, tapi sekarang setengah hari sudah habis, banyak pembeli yang terpaksa pulang tanpa gas tiga kilogram kalau membeli sore," katanya.
Sementara penjualan gas tabung 12 kilogram menurutnya turun drastis dari 850 tabung per hari, saat ini hanya menjual 400 tabung per hari.
Maya mengatakan, pemerintah sebaiknya mengawasi pemakaian gas subsidi, sebab saat ini gas subsidi tidak lagi digunakan masyarakat tidak mampu.
"Semua orang bisa menjual dan membeli gas subsidi, jadi tidak ada lagi perbedaan sasaran subsidi," katanya.
Pengawasan tersebut menurutnya dapat dimulai dari tingkat penyaluran gas subsidi di tingkat agen. PT Pertamina dapat mengontrol distribusi ke tingkat agen ke pengecer.
Tujuannya agar gas subsidi benar-benar tepat sasaran yakni digunakan oleh masyarakat yang berpendapatan rendah atau ekonomi lemah.
"Subsidi tujuannya untuk membantu masyarakat yang kurang mampu, tapi terkait pengelolaan gas, sudah tidak tepat sasaran," ujarnya. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- Promo Superindo Hari Ini 10-13 November 2025: Diskon Besar Awal Pekan!
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
Pilihan
-
Tekad Besar Putu Panji Usai Timnas Indonesia Tersingkir di Piala Dunia U-17 2025
-
Cek Fakta: Viral Isu Rektor UGM Akui Jokowi Suap Rp100 Miliar untuk Ijazah Palsu, Ini Faktanya
-
Heimir Hallgrimsson 11 12 dengan Patrick Kluivert, PSSI Yakin Rekrut?
-
Pelatih Islandia di Piala Dunia 2018 Masuk Radar PSSI Sebagai Calon Nahkoda Timnas Indonesia
-
6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
Terkini
-
Pesan Pengacara PT WKM untuk Presiden Prabowo: Datanglah ke Tambang Kami, Ada 1,2 Km Illegal Mining
-
Misteri Penculikan Bilqis: Pengacara Duga Suku Anak Dalam Hanya 'Kambing Hitam' Sindikat Besar
-
Babak Baru Korupsi Petral: Kejagung Buka Penyidikan Periode 2008-2015, Puluhan Saksi Diperiksa
-
Aliansi Laki-Laki Baru: Lelaki Korban Kekerasan Seksual Harus Berani Bicara
-
Ahli BRIN Ungkap Operasi Tersembunyi di Balik Jalan Tambang PT Position di Halmahera Timur
-
Jeritan Sunyi di Balik Tembok Maskulinitas: Mengapa Lelaki Korban Kekerasan Seksual Bungkam?
-
Mendagri Tito Dapat Gelar Kehormatan "Petua Panglima Hukom" dari Lembaga Wali Nanggroe Aceh
-
'Mereka Mengaku Polisi', Bagaimana Pekerja di Tebet Dikeroyok dan Diancam Tembak?
-
Efek Domino OTT Bupati Ponorogo: KPK Lanjut Bidik Dugaan Korupsi Monumen Reog
-
Bukan Kekenyangan, Tiga Alasan Ini Bikin Siswa Ogah Habiskan Makan Bergizi Gratis