Suara.com - Peneliti dari Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, Ronald Rofiandri, mengatakan, presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) harus menguji komitmen revolusi mental para kandidat yang akan dipilih mengisi kursi menteri pemerintahannya agar selaras dengan visi dan misinya.
Menurut Ronald, keberhasilan revolusi mental yang selama ini diusung Jokowi dalam setiap kampanye politiknya bukan tergantung pada struktur kabinetnya yang terdiri atas 18 dari kalangan profesional dan 16 dari kalangan profesional yang mewakili partai politik.
"Revolusi mental bisa dimulai di lingkaran terdalam dari pemerintahan Jokowi yaitu kementerian, mulai dari budaya kerja, bagaimana kemudian mengolah program-program dan menjalankan birokrasi," kata Ronald di Kantor Komisi Hukum Nasional, Jakarta, Rabu (17/9/2014).
"Artinya, Jokowi menyertakan juga pertanyaan terhadap para calon bagaimana pandangan mereka terhadap revolusi mental yang dicanangkan. Dilihat konsep mereka. Kalau sudah klop dengan Jokowi itu bisa menambah nilai lebih," tambahnya.
Adapun Jokowi, katanya, juga harus ekstra hati-hati dalam menunjuk menteri dalam pemerintahannya nanti agar tidak terjadi bongkar pasang kabinet.
"Pencalonan awal memang harus ekstra hati-hati agar kekhawatiran bongkar pasang kabinet bisa dihindari. Tidak elok juga kalau terjadi karena akan menghambat keberlanjutan program," jelasnya.
Menurut dia, uji publik terhadap para calon menteri juga bisa dilakukan seperti yang pernah diterapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
"SBY sudah mempraktikan menteri-menteri kemarin yang dipanggil, untuk dimintai keterangannya, bersedia tidaknya, dengan cara terbuka," kata Ronald.
"Kalau lelang jabatan, karena di level kementerian baru pertama kali jadi risiko sangat besar. Mungkin bisa dilakukan untuk beberapa kementerian, kalau pun mau dilakukan dari kalangan profesional dengan menggunakan lelang jabatan itu, tapi jangan kementerian yang vital," ujarnya.
Ia menambahkan usai Jokowi mengumumkan struktur kabinetnya, saat ini salah satu yang paling ditunggu-tunggu adalah terkait kebijakan Jokowi untuk melarang menteri yang merangkap jabatan di partai politik.
"Yang ditunggu-tunggu yang menjadi terobosan kalau ada calon dari pimpinan parpol, apakh Jokowi akan tegas untuk menerapkan aturan tidak boleh rangkap jabatan," katanya. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
KPK Bongkar Peringkat Koruptor: Eselon dan DPR Kejar-kejaran, Swasta Nomor Berapa?
-
Dugaan Korupsi BJB Ridwan Kamil: Lisa Mariana Ngaku Terima Duit, Sekalian Buat Modal Pilgub Jakarta?
-
Awas Boncos! 5 Trik Penipuan Online Ini Bikin Dompet Anak Muda Ludes Sekejap
-
Menkeu Purbaya Sebut Mulai Besok Dana Jumbo Rp200 Triliun Masuk ke Enam Bank
-
iPhone di Tangan, Cicilan di Pundak: Kenapa Gen Z Rela Ngutang Demi Gaya?
Terkini
-
Ada Kejanggalan, Anggota Keluarga Arya Daru Ajukan Perlindungan LPSK
-
Kronologi Penumpang Wings Air Tuding Pramugari Kuras Emas dan Dollar di Pesawat
-
Detik-detik Penumpang 'Ngamuk', Tuding Pramugari Curi Emas & Dollar di Pesawat Wings Air
-
Ada Sinyal Rahasia? Gerak-Gerik Dua Pria di Belakang Charlie Kirk Disebut Mencurigakan
-
Prabowo Setuju Bentuk Komisi Reformasi Polisi dan Tim Investigasi Independen Demo Ricuh
-
Usai Diperiksa KPK, Deputi Gubernur BI Jelaskan Aturan Dana CSR
-
Emas & Ribuan Dollar Lenyap di Pesawat Wings Air Viral, Pramugari Dituduh Jadi Pelaku
-
CEK FAKTA: Isu DPR Sahkan UU Perampasan Aset Usai Demo Agustus 2025
-
7 Cara Melindungi Kulit dan Rambut dari Polusi Udara, Wajib Rutin Keramas?
-
Rehat dari Sorotan, Raffi Ahmad Setia Dampingi Ibunda Amy Qanita Berobat di Singapura