Suara.com - Berbagai lapisan masyarakat menolak wacana pemilihan presiden dikembalikan lagi ke Majelis Permusyawaratan Rakyat. Wacana ini digulirkan oleh Wakil Sekretaris Jenderal DPP PAN Herman Kadir dengan alasan, antara lain, pemilihan langsung hanya memecah belah rakyat.
"Wah itu bahaya itu, itu harus kita tolak mentah-mentah, kita harus tolak," kata Syafti Hidayat dari Barisan Relawan Jokowi Presiden kepada suara.com, Rabu (1/10/2014).
Menurut Syafti bila wacana tersebut direalisasikan, maka bangsa Indonesia mundur lagi dalam berdemokrasi.
Syafti mengingatkan tragedi jatuhnya Presiden Soeharto. Waktu itu, masyarakat berbagai lapisan turun ke jalan, bahkan menduduki gedung MPR/DPR untuk mendesak Soeharto meletakkan jabatannya karena tidak pro rakyat.
"Tahun 98 Soeharto jatuh karena DPR-nya diduduki. Sebentar lagi mahasiswa dan masyarakat menduduki DPR untuk memaksa itu, jika benar terkait rencana itu. Upaya-upaya jahat itu," kata Syafti.
Aktivis dari Barisan Relawan Jokowi lainnya, Vivi, juga menolak. Presiden dipilih oleh MPR sama artinya menghapus hak politik rakyat dalam memilih pemimpin.
"Kita tolak jelas, kita tolak, kita memilih pemimpin yang kita kenal, yang kita tahu kerjanya, tapi kalau MPR, DPR yang milih kan kita tidak tahu, kita tidak tahu kemampuan dia," ujar dia.
"Kalau dipilih melalui MPR, DPR cuma asal lobi-lobi dia aja. Kita kan rakyat tidak ingin diiming-imingi uang yang sekejap habis dengan masa panjang rakyatnya susah," Vivi menambahkan.
Anggota DPR Herman Kadir bahkan akan mengusulkan agar UUD 1945 diamandemen untuk mengakomodir perubahan sistem pilpres.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 19 Oktober: Klaim 19 Ribu Gems dan Player 111-113
- Bukan Main-Main! Ini 3 Alasan Nusakambangan, Penjara Ammar Zoni Dijuluki Alcatraz Versi Indonesia
Pilihan
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
-
Pembelaan Memalukan Alex Pastoor, Pandai Bersilat Lidah Tutupi Kebobrokan
-
China Sindir Menkeu Purbaya Soal Emoh Bayar Utang Whoosh: Untung Tak Cuma Soal Angka!
-
Dana Korupsi Rp13 T Dialokasikan untuk Beasiswa, Purbaya: Disalurkan Tahun Depan
Terkini
-
Anak Buah Nadiem Ikut Kembalikan Uang Korupsi Laptop Rp10 Miliar, Kejagung: Bukan Cuma dari Vendor
-
Istri di Kebon Jeruk Tega Potong Alat Vital Suami Hingga Tewas: Cemburu Buta Jadi Pemicu
-
Bongkar Kelamnya Budaya Riset Dosen, Mendiktisaintek: Yang Meneliti Cuma 30 Persen, Itu-itu Saja
-
Rekonstruksi Pembunuhan Bos Elpiji: Dendam Utang Jadi Adegan Berdarah di Kebon Jeruk!
-
Baru Sebulan Lebih Jabat Menkeu, Purbaya Dianggap Berkinerja Baik, Apa Rahasianya?
-
Donald Trump: Bertemu Xi Jinping Akan Menghasilkan Kesepakatan Fantastis!
-
Menteri Pigai Usulkan Aturan Jadikan Indonesia Negara Pertama yang Anggap Korupsi Pelanggaran HAM
-
Anggaran Riset Dosen Naik Rp3 Triliun! Tapi Ada 'Titipan' Prabowo, Apa Itu?
-
Ketua Partai Hijau Murka 11 Warga Penolak Tambang Divonis Bersalah: Muak dengan Peradilan Negeri Ini
-
Masuk Daftar Menteri Berkinerja Buruk, Natalius Pigai Sebut Lembaga Survei Tak Kredibel