Suara.com - Lembaga swadaya masyarakat (LSM) Lentera Anak Indonesia menilai bahwa harga rokok di Tanah Air masih terlalu murah. Mereka pun menyarankan agar harga dinaikkan di atas Rp60.000 per bungkus, guna membatasi akses anak dan remaja merokok.
"Harga rokok saat ini jauh lebih kecil dari uang jajan anak. Kami menyarankan dijual di atas Rp60.000 per bungkus dan tidak boleh dijual batangan," ungkap Direktur Eksekutif Lentera Anak Indonesia, Herry Chariansyah, di Jakarta, Rabu (3/112/2014).
Herry mengatakan, murahnya harga rokok di Tanah Air membuat anak dengan mudah mengaksesnya. Hal ini menurutnya mengkhawatirkan, karena jumlah anak perokok terus bertambah dari tahun ke tahun.
Menurut Herry, berdasarkan data terbaru pada 2013, sebanyak 45 persen remaja berusia 13-19 adalah perokok. Sementara data Global Youth Tobacco Survey menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah remaja perokok terbesar di Asia.
"Faktor utama yang mendorong anak dan remaja menjadi perokok adalah lingkungan, di mana mereka menyaksikan dalam keseharian begitu banyak orang yang merokok dan dipandang sebagai hal biasa," ujarnya pula.
Selain itu, masih menurut Herry, gencarnya iklan dan strategi pemasaran perusahaan rokok menyasar pasar remaja untuk merokok, juga kuat mendorong mereka menjadi perokok.
"Oleh sebab itu, jika pemerintah tidak ingin ke depan semua anak Indonesia menjadi perokok, salah satu solusi adalah penaikan harga rokok, serta melarang iklan dan menjualnya hanya pada tempat terbatas," tuturnya.
Herry menambahkan, anak-anak Indonesia yang ada saat ini, pada 2030 nanti akan berada pada usia produktif. Terkait hal itu menurutnya, sulit dibayangkan Indonesia akan dapat menikmati bonus demografi, jika sejak dini generasinya telah terbiasa merokok. [Antara]
Berita Terkait
-
Ancaman Bom Di Sekolah, Cerita Anak Ke Mamanya: 450 Juta? Dikit Banget Bun!
-
Ketika Warmindo Jadi Teman Setia yang Ditempa di Atas Piring Anak Kos Jogja
-
Dicari Warga Sekampung Gegara Cabuli Anak Tetangga, Kakek di Cakung Ngumpet di Kandang Ayam
-
Fakta Kelam Kasus Inses di Gowa, Ayah Setubuhi Anak Sejak SD di Samping Istri yang Tertidur
-
Edukasi PHBS: Langkah Kecil di Sekolah, Dampak Besar untuk Kesehatan Anak
Terpopuler
- 7 Sunscreen Terbaik untuk Flek Hitam Usia 50 Tahun, Atasi Garis Penuaan
- Sosok Profesor Kampus Singapura yang Sebut Pendidikan Gibran Cuma Setara Kelas 1 SMA
- 14 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 7 Oktober 2025, Gaet Rivaldo 112 Gratis
- 3 Link DANA Kaget Khusus Hari Ini, Langsung Cair Bernilai Rp135 Ribu
- 5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
Pilihan
-
Stop Lakukan Ini! 5 Kebiasaan Buruk yang Diam-diam Menguras Gaji UMR-mu
-
Pelaku Ritel Wajib Tahu Strategi AI dari Indosat untuk Dominasi Pasar
-
Istri Thom Haye Keram Perut, Jadi Korban Perlakuan Kasar Aparat Keamanan Arab Saudi di Stadion
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Kemera Terbaik, Mudah Tapi Bisa Diandalkan
-
Kontroversi Penalti Kedua Timnas Indonesia, Analis Media Arab Saudi Soroti Wasit
Terkini
-
Di Bawah Presiden Baru, Suriah Ingin Belajar Islam Moderat dan Pancasila dari Indonesia
-
Prediksi FAO: Produksi Beras RI Terbesar Kedua di Dunia, Siapa Nomor Satu?
-
Biaya Sewa Kios Pasar Pramuka Naik 4 Kali Lipat, Pramono Anung Janji Tak Ada Penggusuran!
-
Swasembada Pangan! Mentan: InsyaAllah Tak Impor Beras Lagi, Mudah-mudahan Tak Ada Iklim Ekstrem
-
Indonesia Jadi Prioritas! Makau Gelar Promosi Besar-besaran di Jakarta
-
Cak Imin Bentuk Satgas Audit dan Rehabilitasi Gedung Pesantren Rawan Ambruk
-
Semarang Siap Jadi Percontohan, TPA Jatibarang Bakal Ubah Sampah Jadi Energi Listrik
-
Ragunan Buka hingga Malam Hari, Pramono Anung: Silakan Pacaran Baik-Baik
-
Skandal Robot Trading Fahrenheit: Usai Kajari Jakbar Dicopot, Kejagung Buka Peluang Pemecatan
-
Pengacara Nadiem: Tak Ada Pertanyaan Kerugian Negara di BAP, Penetapan Tersangka Cacat Hukum