News / Nasional
Kamis, 25 Desember 2014 | 13:42 WIB
Pengunjung menyaksikan foto bencana gempa dan tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 lalu. (Antara/Ampelsa)

Setelah lelah mencari, Sayed lantas memutuskan kembali ke Gedung ICMI. Di sana ia berkesimpulan untuk menemui saudaranya, Sayuthi Sulaiman yang tinggal di kawasan Setui, Banda Aceh. Hanya berselang beberapa menit setelah pikiran itu di niatkan, ia pun beranjak.

"Di tempat Sayuthi inilah saya baru mendapat gambaran yang agak jelas tentang apa yang terjadi," katanya.

Sayed tak banyak bicara. Ia hanya diam setelah mendengar kabar itu. Kabar tentang tsunami telah menyapu Banda Aceh.

"Dan di situ saya berkesimpulan jika anak-anak dan istri saya tidak ada lagi," katanya.

Alasan itu diucapkan Sayed, karena rumah mereka tak jauh dari laut. Kawasan Meuraxa Banda Aceh merupakan salah satu titik terparah yang dilanda tsunami 2004 lalu.

Sayed mengikhlaskan kepergian keluarga kecilnya. Istrinya yang sedang hamil tiga bulan tak tahu entah kemana, begitu juga dengan dua anaknya.

"Hingga kini hanya wajah mereka yang terkenang. Sedangkan jasadnya tak pernah saya temui, meski sudah lelah mencari," kata Sayed. [Afiansyah Ocxie]  

Load More