Suara.com - Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) tidak berharap akan ada lagi gangguan yang terjadi di Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Sydney, Australia. Hal itu disampaikannya menyusul peletakan balon berisi cairan merah di kantor tersebut, pada Senin (2/3/2015) malam lalu.
"Biar saja nanti polisi di sana menjaga Kedutaan itu. (Kami) Tidak mengharapkan hal itu sama sekali, tapi itu mungkin ekspresi ketidaksenangan saja," ungkap JK, saat ditemui di Kantor Wapres di Jakarta, Rabu (4/3).
Insiden peletakan balon berisi cairan merah di KJRI Sydney itu sendiri diduga terkait protes mengenai akan dilaksanakannya hukuman mati terhadap dua warga Australia yang terlibat kasus narkoba, yakni Myuran Sukumaran dan Andrew Chan. JK sendiri menilai, protes terhadap pelaksanaan hukuman mati itu memang biasa terjadi di beberapa tempat, sebagai tanda ketidakpuasan.
Kendati demikian, Wapres menegaskan bahwa Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi dan Menlu Australia Julia Bishop, telah berbicara dan menjelaskan posisi Indonesia terkait hukuman tersebut.
"Kemarin Menlu Australia bicara dengan Menlu Indonesia. Menlu Indonesia menjelaskan, ini posisinya yang memutuskan bukan Presiden (Jokowi). (Tapi) Yang memutuskan pengadilan," ungkap JK.
Wapres pun menegaskan, sejauh ini tidak ada ancaman keselamatan dan keamanan kepada Warga Negara Indonesia (WNI) di Australia. Namun sementara itu, KJRI Sydney diketahui telah mengimbau seluruh WNI di wilayah kerja New South Wales (NSW), Brisbane dan South Australia, agar tenang dan terus berhati-hati.
"Kami mengimbau masyarakat Indonesia di Australia untuk saling menjaga dan berkoordinasi, sambil tetap melaksanakan kegiatan rutinnya masing-masing," ungkap Konsul Jenderal RI di Sydney, Yayan GH Mulyana, dalam pernyataan persnya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekaman CCTV, terlihat bahwa balon tersebut diletakkan oleh seorang yang diduga berjenis kelamin perempuan, pada Senin (2/3) malam. Setelah insiden tersebut, kantor KJRI Sydney pun berada dalam pengawasan dan penjagaan polisi setempat. [Antara]
Berita Terkait
Terpopuler
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
PSSI Diam-diam Kirim Tim ke Arab Saudi: Cegah Trik Licik Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Pemain Eropa Telat Gabung, Persiapan Timnas Indonesia Terancam Kacau Jelang Hadapi Arab Saudi
-
PSSI Protes AFC, Wasit Laga Timnas Indonesia di Ronde 4 Kok dari Timur Tengah?
Terkini
-
Uang Pengembalian Khalid Basalamah Berubah Jadi Sitaan Korupsi Kuota Haji? KPK: Nanti Kami Jelaskan
-
Gen Z Pemilik Second Account Ketar-ketir! Komdigi Kaji Usulan 1 Orang 1 Akun Medsos
-
Didukung Senior dan Mayoritas DPW, Eks Mendag Agus Suparmanto Dideklarasikan Maju Jadi Caketum PPP
-
Menpar Widiyanti Disebut Mandi Pakai Air Galon Saat ke Pelosok
-
Mendagri Bagikan 2.000 Paket Sembako Kepada Warga Tanah Tinggi Dalam Peringatan HUT ke-15 BNPP
-
Kata-kata Menkeu Purbaya: Jangan Fomo soal Investasi! Doyan Belanja Gak Apa-apa Asal Sesuai Kantong
-
Siswi 13 Tahun Tewas Gantung Diri di Cipayung, Polisi Dalami Dugaan Bullying
-
Misteri Kursi Menko Polkam: Istana Bungkam, Nama Jenderal Purnawirawan Bintang Tiga Ini Santer
-
Teka-teki Menko Polkam Baru: Nama Mahfud MD hingga Letjen Purn. Djamari Chaniago Mencuat
-
Tokoh Senior PPP Bongkar Kelompok 'Lima Serangkai' di Balik Kudeta Suharso Monoarfa