Latihan ISIS di kamp khusus anak-anak. (Youtube)
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan tahun 2014 ditandai oleh meningkatnya jumlah kasus pemerkosaan, perbudakan seks, dan perkawinan paksa sebagai taktik dalam perang oleh kelompok-kelompok radikal di dunia seperti ISIS dan Boko Haram.
Dalam laporan yang dirilis awal pekan ini PBB mengemukakan kerisauan yang mendalam akan kekerasan seksual yang dilakukan oleh kelompok-kelompok bersenjata, terutama mereka yang memperjuangkan ideologi radikal di Suriah, Irak, Somalia, Nigeria, Mali, Libya, dan Yaman.
"Kumpulan-kumpulan krisis ini telah mengungkapkan tren yang mengejutkan akan penggunaan kekerasan seksual sebagai taktik teror oleh kelompok-kelompok radikal," kata Ban.
Ban juga mengatakan bahwa upaya-upaya untuk melemahkan atau menghancurkan ISIS, Boko Haram, al-Shabab, Ansar Dine, dan kelompok-kelompok pendukung Al Qaida "adalah bagian esensial dalam perang melawan konflik terkait kekerasan seksual."
Perbudakan Seks Ideologi Boko Haram
Laporan itu sendiri menyoroti 19 negara yang terbelit konflik atau sedang berusaha bangkit dari keterpurukan akibat perang, yang di dalamnnya sering ditemukan berbagai bentuk kekerasan seksual seperti pemerkosaan, perbudakan seks, pelacuran atau pemaksaan, dan penghamilan atas paksaan. Kekerasan seksual tak hanya menimpa perempuan tetapi juga anak-anak lelaki.
PBB membuat daftar 45 kelompok di Afrika Tengah, Pantai Gading, Kongo, Irak, Mali, Somalia, Sudan Selatan, Suriah, dan termasuk Boko Haram di Nigeria yang "jelas disangkakan melakukan atau bertanggung jawab atas pola-pola pemerkosaan" dalam konflik.
Salah satu episode yang paling kelam dalam laporan itu adalah penculikan 276 pelajar perempuan di desa Chibok, Nigeria oleh Boko Haram pada 14 April. Hingga kini sebagian besar bocah itu belum dipulangkan dan diduga dijadikan budak dan dijual.
"Pernikahan paksa, perbudakan, dan penjualan perempuan-perempuan yang diculik adalah modus operandi dan ideologi utama Boko Haram," tulis PBB dalam laporannya.
ISIS Memperkosaan untuk Menyebar Teror
Sejak pertengahan 2014 jumlah laporan kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh kelompok teroris meningkat drastis, terutama yang dilakukan oleh ISIS "yang menggunakan kekerasan seksual untuk menyebarkan teror, membantai kelompok etnis, pemeluk agama minoritas, dan masyarakat yang menentang ideloginya."
Laporan itu membeberkan secara khusus penculikan ratusan gadis dan perempuan Yazidi oleh ISIS di Irak, yang sebagian besar di antaranya dijual di Suriah untuk dijadikan budak seks. Laporan itu mencatat tiga kasus aborsi paksa karena alasan perbedaan etnis yang dicatat oleh pemerintah Irak.
Di Darfur, Sudan, jumlah pengungsi terus meningkat selama setahun terakhir dan demikian juga kasus pemerkosaan. Di Sudan Selatan kasus kekerasan seksual juga meningkat, termasuk pemerkosaan beramai-ramai, penganiayaan, penelanjangan paksa, dan aborsi paksa.
Sementara di Afrika Tengah, laporan itu menyebutkan 2.527 kasus kekerasan seksual selama 2014. PBB menyebutkan bahwa dua pihak yang terlibat konflik sama-sama menggunakan kekerasan seksual untuk menekan dan mempermalukan lawan mereka.
Di Kolombia, Amerika Latin, perempuan yang berjuang bersama masyarakat sipil demi ganti rugi lahan yang diambil pemerintah, menjadi target kekerasan seksual oleh kelompok-kelompok bersenjata.
Kongo, meski mendapat catatan positif dari PBB karena pemerintahnya berani menghukum perwira militer yang melakukan kekerasan seksual dan memberi ganti rugi pada korban, tetap menjadi sorotan karena di 2014 jumlah kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata terus meningkat. (Al Arabiya)
Dalam laporan yang dirilis awal pekan ini PBB mengemukakan kerisauan yang mendalam akan kekerasan seksual yang dilakukan oleh kelompok-kelompok bersenjata, terutama mereka yang memperjuangkan ideologi radikal di Suriah, Irak, Somalia, Nigeria, Mali, Libya, dan Yaman.
"Kumpulan-kumpulan krisis ini telah mengungkapkan tren yang mengejutkan akan penggunaan kekerasan seksual sebagai taktik teror oleh kelompok-kelompok radikal," kata Ban.
Ban juga mengatakan bahwa upaya-upaya untuk melemahkan atau menghancurkan ISIS, Boko Haram, al-Shabab, Ansar Dine, dan kelompok-kelompok pendukung Al Qaida "adalah bagian esensial dalam perang melawan konflik terkait kekerasan seksual."
Perbudakan Seks Ideologi Boko Haram
Laporan itu sendiri menyoroti 19 negara yang terbelit konflik atau sedang berusaha bangkit dari keterpurukan akibat perang, yang di dalamnnya sering ditemukan berbagai bentuk kekerasan seksual seperti pemerkosaan, perbudakan seks, pelacuran atau pemaksaan, dan penghamilan atas paksaan. Kekerasan seksual tak hanya menimpa perempuan tetapi juga anak-anak lelaki.
PBB membuat daftar 45 kelompok di Afrika Tengah, Pantai Gading, Kongo, Irak, Mali, Somalia, Sudan Selatan, Suriah, dan termasuk Boko Haram di Nigeria yang "jelas disangkakan melakukan atau bertanggung jawab atas pola-pola pemerkosaan" dalam konflik.
Salah satu episode yang paling kelam dalam laporan itu adalah penculikan 276 pelajar perempuan di desa Chibok, Nigeria oleh Boko Haram pada 14 April. Hingga kini sebagian besar bocah itu belum dipulangkan dan diduga dijadikan budak dan dijual.
"Pernikahan paksa, perbudakan, dan penjualan perempuan-perempuan yang diculik adalah modus operandi dan ideologi utama Boko Haram," tulis PBB dalam laporannya.
ISIS Memperkosaan untuk Menyebar Teror
Sejak pertengahan 2014 jumlah laporan kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh kelompok teroris meningkat drastis, terutama yang dilakukan oleh ISIS "yang menggunakan kekerasan seksual untuk menyebarkan teror, membantai kelompok etnis, pemeluk agama minoritas, dan masyarakat yang menentang ideloginya."
Laporan itu membeberkan secara khusus penculikan ratusan gadis dan perempuan Yazidi oleh ISIS di Irak, yang sebagian besar di antaranya dijual di Suriah untuk dijadikan budak seks. Laporan itu mencatat tiga kasus aborsi paksa karena alasan perbedaan etnis yang dicatat oleh pemerintah Irak.
Di Darfur, Sudan, jumlah pengungsi terus meningkat selama setahun terakhir dan demikian juga kasus pemerkosaan. Di Sudan Selatan kasus kekerasan seksual juga meningkat, termasuk pemerkosaan beramai-ramai, penganiayaan, penelanjangan paksa, dan aborsi paksa.
Sementara di Afrika Tengah, laporan itu menyebutkan 2.527 kasus kekerasan seksual selama 2014. PBB menyebutkan bahwa dua pihak yang terlibat konflik sama-sama menggunakan kekerasan seksual untuk menekan dan mempermalukan lawan mereka.
Di Kolombia, Amerika Latin, perempuan yang berjuang bersama masyarakat sipil demi ganti rugi lahan yang diambil pemerintah, menjadi target kekerasan seksual oleh kelompok-kelompok bersenjata.
Kongo, meski mendapat catatan positif dari PBB karena pemerintahnya berani menghukum perwira militer yang melakukan kekerasan seksual dan memberi ganti rugi pada korban, tetap menjadi sorotan karena di 2014 jumlah kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata terus meningkat. (Al Arabiya)
Komentar
Berita Terkait
Terpopuler
- Belajar dari Tragedi Bulan Madu Berujung Maut, Kenali 6 Penyebab Water Heater Rusak dan Bocor
- Penampakan Rumah Denada yang Mau Dijual, Lokasi Strategis tapi Kondisinya Jadi Perbincangan
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- Reaksi Kocak Amanda Manopo Ditanya Malam Pertama Usai Menikah: Kita Coba Hari Ini
Pilihan
-
Warisan Utang Proyek Jokowi Bikin Menkeu Purbaya Pusing: Untungnya ke Mereka, Susahnya ke Kita!
-
Tokoh Nasional dan Kader Partai Lain Dikabarkan Gabung PSI, Jokowi: Melihat Masa Depan
-
Proyek Rp65 Triliun Aguan Mendadak Kehilangan Status Strategis, Saham PANI Anjlok 1.100 Poin
-
Pundit Belanda: Patrick Kluivert, Alex Pastoor Cs Gagal Total
-
Tekstil RI Suram, Pengusaha Minta Tolong ke Menkeu Purbaya
Terkini
-
Tak Akan Kunjungi Israel, Ternyata Begini Agenda Asli Presiden Prabowo Usai KTT Perdamaian Gaza
-
Wajib Lapor via Aplikasi, Kegiatan Reses Anggota DPR Akan Diawasi Langsung oleh MKD
-
Kontak Senjata Pecah di Kiwirok, OPM Bakar Sekolah hingga Dipukul Mundur Aparat!
-
Jokowi Bicara Blak-blakan, Ungkap Perannya dalam Mendukung dan Bekerja Keras untuk PSI
-
Dasco Sebut Anggota DPR 'Nombok' Saat Reses, Pengeluaran Tak Terduga Sulit Dilaporkan di Aplikasi
-
Gelar SE dan MM Iriana Jokowi Dipermasalahkan, Dosan UMS Beri Kesaksian
-
Hati Ibunda Nadiem Makarim Hancur, Seret Nama Tom Lembong dan Hasto: Anak Kami Bersih!
-
Praperadilan Ditolak, Orang Tua Nadiem Kecewa Berat: Anak Kami Bersih, Ini Mematahkan Hati
-
Tolak Bayar Utang Kereta Cepat, Keluarga Menkeu Purbaya Diteror Santet?
-
Berhasil Minta Salinan Ijazah Jokowi ke KPU DKI, Roy Suryo Ngaku Dibantu Sosok Ini