Suara.com - Potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Flores Timur, dari tahun ke tahun sangat menjanjikan, dengan berbagai macam jenis ikan tangkap dan pembudidayaan berbagai macam hasil laut yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Dengan luas mencapai 2.064,65 kilometer persegi, laut di Flores Timur menyimpan berbagai macam hasil laut yang sangat menjanjikan.
Hanya saja, kasus ikan berformalin yang berhasil dibongkar oleh Balai Pengawasan Obat-obatan dan Makanan (BPOM) dan Dinas Kelautan dan Perikanan setempat pada bulan Januari 2015 lalu, telah membuat para nelayan di Flores Timur merasa terpukul. Pasalnya, hampir semua ikan yang yang disita oleh DKP Provinsi NTT dan Balai POM di Tempat Penampungan Ikan (TPI) Oeba Kupang, disebut sebagai ikan yang mengandung formalin.
Parahnya, Pemerintah Kabupaten Sikka juga menyebut bahwa semua ikan yang beredar di kabupaten itu mengandung formalin, khususnya yang berasal dari Flores Timur. Hal itulah yang membuat para nelayan khususnya di Pulau Adonara dan Solor di Kabupaten Flores Timur, NTT, merasa sangat terpukul dengan kasus tersebut.
"Sejak kasus formalin tersebut berhasil diungkap Balai POM serta Dinas Kelautan dan Perikanan setempat pada Januari 2015, hasil tangkapan kami yang bebas bahan pengawet pun nyaris tak dilirik oleh konsumen," kata Muhamad Soleh, salah seorang nelayan dari Pulau Adonara, salah satu pulau di Kabupaten Flores Timur.
Diakui Soleh, kehidupan dirinya dan teman-teman nelayannya pun seolah berubah total usai kasus tersebut. Semangat mereka untuk melaut seolah-olah tidak ada artinya, karena telah dianggap menjual ikan yang mengandung formalin. Otomatis, pendapatan yang diperoleh para nelayan tersebut juga menurun drastis, karena hasil tangkapan tidak dibeli oleh para pembeli di pasaran.
"Sebelum mencuatnya kasus formalin, pendapat kami dalam sebulan berkisar antara Rp2 juta dan Rp3 juta. Namun setelah itu, untuk mendapat sejuta rupiah pun susahnya minta ampun," katanya polos.
Soleh menambahkan bahwa para nelayan di Flores Timur tidak pernah menggunakan bahan pengawet seperti formalin, untuk mengawetkan hasil tangkapannya yang diperoleh dari laut. Namun sayang, sejak ditemukannya ikan berformalin tersebut, hasil tangkapan nelayan yang bebas bahan pengawet pun sudah nyaris tak lagi dibeli oleh masyarakat.
"Imej positif tentang ikan Flores Timur sudah dikenal tidak hanya di NTT, tetapi di Indonesia, bahkan di luar negeri. Kini harus terpuruk dengan kasus ikan berformalin tersebut," ujarnya.
Hal senada disampaikan oleh Izmul Taher, warga Desa Menangga, Kecamatan Solor Timur, Kabupaten Flores Timur, yang kesehariannya bekerja sebagai nelayan di daerah itu. Menurut Izmul, informasi ikan formalin asal Flores Timur yang diberitakan media lokal secara besar-besaran pada Januari-Februari lalu, membawa dampak yang merugikan bagi para nelayan.
"Kasus ikan berformalin itu sampai sekarang masih menjadi bahan pembicaraan masyarakat Flores Timur, sehingga hasil tangkapan kami yang bebas bahan pengawet pun tidak laku jual," ujarnya.
Menurut Izmul, ikan-ikan asal Flores Timur sebelumnya selalu menjadi rebutan para konsumen di seluruh NTT, bahkan diekspor ke Jepang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Negeri Sakura tersebut. Namun kini yang memprihatinkan, ketika hasil tangkapannya itu tidak terjual semuanya, nelayan pun merasa seperti membuang uangnya ke laut.
"Kami seperti melihat membuang uang ratusan ribu kembali ke dalam laut, karena ikan-ikan kami tidak terjual," kata Izmul, sembari jari-jarinya merapikan jaringnya. [Antara]
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Kejati Banten Siap Jadi Mediator Polemik Penutupan Jalan Puspitek Serpong
-
HUT ke-80 TNI, Dasco: TNI Profesional dan Berkarakter Rakyat Jaminan Demokrasi
-
Finalisasi Perpres Tata Kelola MBG, Istana Pastikan Rampung Minggu Ini
-
Pengunjung HUT ke-80 TNI di Monas Membludak, Transjakarta Tambah 150 Armada
-
Penampakan Mobil Pengasuh Ponpes Al Khoziny usai Tertimpa Musala Roboh, Harganya Rp1 M?
-
DNA Dikirim ke Jakarta, Tim DVI Kerja Maraton Identifikasi 6 Jenazah Korban Ponpes Al Khoziny
-
Siapa Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem, Doktor Harvard dan Aktivis '66, Turun Gunung ke Pengadilan
-
Buka SPEKIX 2025, Mendagri: Ruang Merayakan Keberanian dan Kreativitas Anak Istimewa
-
Siapa Pengasuh Ponpes Al Khoziny? Publik Ramai-Ramai Tuntut Tanggung Jawab
-
Tragedi Ponpes Al Khoziny, Prabowo Perintahkan Audit Total Bangunan Pesantren Se-Indonesia