Suara.com - Pembangunan landasan udara militer Cina di sekitar Kepulauan Spratly, kawasan perairan di Laut Cina Selatan yang masih disengketakan dengan sejumlah negara Asia Tenggara, akan segera rampung, demikian ditunjukkan oleh foto satelit terbaru.
Seorang komandan militer Amerika Serikat, kepada Reuters pada Mei kemarin mengatakan bahwa pangkalan militer itu bisa mulai beroperasi pada akhir 2015. Sementara dalam foto satelit per 28 Juni kemarin menunjukkan bahwa pangkalan militer itu bisa lebih cepat beroperasi.
Memiki panjang 3 kilometer, landasan itu bisa digunakan untuk menerbangkan dan mendaratkan sebagian besar pesawat militer Cina. Sejumlah pakar militer mengatakan posisi pangkalan itu memberikan keuntungan bagi Cina untuk menjangkau hampir seluruh kawasan Asia Tenggara dengan jet-jet tempurnya.
Adapun pada Selasa (30/6/2015) kemarin mengatakan bahwa proyek reklamasi di Spratly, yang dibangun di atas tujuh pulau karang kecil, sudah rampung. Meski demikian Beijing enggan merinci lebih jauh tentang pulau buatan tersebut.
Adapun foto terakhir pangkalan udara Cina itu diambil oleh satelit milik DigitalGlobe dan diterbitkan oleh Asia Maritime Transparency Initivative (AMTI) di Centre for Strategic and International Studies di Washington, AS.
AMTI mengatakan bahwa landasan udara itu sudah ditandai dan menjalani pengerasan. Sementara hanggar juga sudah dibangun. Pangkalan itu juga memiliki dua helipad, 10 antena komunikasi satelit, dan sebuah radar. Foto AMTI itu juga menunjukkan ada sebuah kapal perang Cina bersandar di pelabuhan pulau buatan itu.
Selain itu, foto-foto AMTI juga menunjukkan bahwa di pulau karang South Johnson Reef, yang juga dikuasai Cina, kini sudah berdiri sebuah gedung bertingkat untuk fasilitas militer. Cina diperkirakan sedang membangun dua menara radar di sana, lengkap dengan dua helipad dan tiga antena komunikasi satelit.
Cina sendiri mengklaim bahwa seluruh Laut Cina Selatan sebagai miliknya, perairan yang ramai dilewati oleh kapal-kapal dagang setiap harinya. Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Taiwan juga mengklaim kawasan itu. (Reuters)
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
15 Tahun Menanti, Bobby Nasution Jawab Keluhan Warga Bahorok
-
Bobby Nasution Minta Mitigasi Dini Banjir Bandang Bahorok
-
Prabowo Akui Keracunan MBG Masalah Besar, Minta Tak Dipolitisasi
-
Di Panggung Muktamar, Mardiono Minta Maaf dan Akui Gagal Bawa PPP Lolos ke Parlemen
-
Anggota TNI Ngamuk di Gowa, Kapuspen TNI: Kami akan Perkuat Pengawasan!
-
Revisi RUU BUMN Bergulir di DPR, PKB Ingatkan Jangan Hilangkan Prinsip Pasal 33 UUD 1945
-
Silsilah Keluarga Prabowo Subianto: Kakek Nenek Dimakamkan di Belanda
-
Pulang dari PBB, Prabowo Bawa Kabar Baik, Optimistis Solusi Gaza Segera Terwujud
-
Profil Nanik S Deyang: Petinggi BGN Nangis Bongkar Borok Politisi Minta Proyek MBG
-
Pendidikan Nanik S Deyang: Mantan Jurnalis yang Kini Jadi Petinggi Program MBG