Suara.com - Ratusan pakar lingkungan hidup negara-negara Asia, termasuk Indonesia, bertemu dan membahas sejumlah rekomendasi menjelang pertemuan perubahan iklim Conference of the Parties 21 (COP21) yang bakal digelar di Paris, Prancis, pada Desember 2015.
Pertemuan para pakar dan ilmuwan, yang dinamakan sebagai Regional Forum on Climate Change (RFCC), berlangsung di Asian Institute of Technology di Bangkok selama tiga hari sejak 1 hingga 3 Juli 2015.
Para pakar dari masing-masing negara menggambarkan dan berbagi masukan dari apa yang telah dilakukan terkait dengan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, serta rekomendasi terhadap para pemimpin dunia yang bakal bernegosiasi di COP 21.
Pemerintah Prancis sendiri, seperti diakui Duta Besar Prancis untuk Thailand Thierry Viteu, berambisi dan memiliki target serius untuk agar negosiasi antar negara, baik dari negara berkembang dan antar negara maju berhasil mencapai kesepakatan.
Salah satu yang menjadi target adalah kesepakatan soal pembiayaan atas emisi dan sikap serta negara maju merujuk pada target agar suhu bumi tidak lebih dari dua derajat.
“Negosiasi iklim harus menjadi sukses. Penandatanganan perjanjian mengikat selama COP 21, yang akan menargetkan pengurangan emisi karbon yang disesuaikan kenaikan suhu di bawah ambag batas dua derajat, sangat penting. Ini adalah kehormatan besar untuk Perancis untuk memimpin COP 21. Tapi itu juga tanggung jawab yang besar,” kata Viteu di Bangkok, (3/7/2015).
Pertemuan para pakar selama tiga hari ini terbagi dalam beberapa sesi, diantara sidang pleno, sesi teknik hingga kelompok kerja yang melibatkan NGO dan perwakilan pemerintah yang disebut sesi politik.
Khusus untuk kelompok kerja sesi politik terbagi dua bagian dan dilakukan secara tertutup.
Sesi pertama membahas soal Intended Nationally Determined Contribution (INDC), yakni sebuah komitmen sesuai kondisi dan kemampuan yang bakal diajukan negara berkembang.
Sedangkan sesi kedua, adalah membahas soal pembiayaan merujuk pada perubahan iklim yang diperkirakan bakal paling alot dalam negosiasi di Paris nanti.
Suara.com mendapat kesempatan untuk mengikuti perundingan para pakar dalam sesi soal pembiayaan.
Para pakar dari beragam latar belakang ini saling berdebat soal skema biaya dan besaran dana yang harus digelontorkan oleh negara maju, perusahaan penghasil emisi dan pihak swasta lainnya untuk menekan perubahan iklim.
Jumlah dana yang tercatat dari dana terbagi beberapa sektor dan jumlah yakni 10 miliar, 100 miliar pertahun, 330 miliar pertahun, hingga 20 triliun dolar Amerika.
Berita Terkait
-
Hotman Paris Minta Nadiem Makarim Dibebaskan: Penetapan Tersangka Kasus Laptop Dinilai Cacat Hukum
-
Perempuan Pesisir dan Beban Ganda di Tengah Krisis Iklim
-
Vadel Badjideh Divonis 9 Tahun, Hotman Paris: Salah Strategi Hukum
-
Bukan Gaun Mewah, Ini Pilihan Rose BLACKPINK di Paris Fashion Week! Berani Beda?
-
Kasus Razman Semprot Hakim di Ruang Sidang Ternyata Lanjut, Padahal Baru Divonis 1,5 Tahun Penjara
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
Terkini
-
Rano Karno Sebut Penting Sedot Tinja 3 Tahun Sekali: Kalau Tidak bisa Meledak!
-
Korban Tewas Ponpes Al Khoziny Ambruk Jadi 14 Orang, Tim DVI Terus Identifikasi Santri Belasan Tahun
-
Diragukan Bjorka Asli, Dalih Polisi Ciduk WFH Pemuda Tak Lulus SMK yang Diklaim Bobol Data Bank
-
Viral Korban Kecelakaan Diduga Ditolak Puskesmas, Dibiarkan Tergeletak di Teras
-
Ombudsman RI Saran RUU Perampasan Aset Harus Perjelas Kerugian Akibat Korupsi dan Langgar HAM
-
Detik-detik Artis Keturunan Indonesia Ardell Aryana Disandera Tentara Israel saat Live TikTok
-
Rocky Gerung Pasang Badan Bebaskan Aktivis Kasus Demo Agustus: Mereka Bukan Kriminal!
-
Pastikan Serapan Anggaran MBG Membaik, Luhut: Menkeu Tak Perlu Ambil Anggaran yang Tak Terserap
-
Ngeri! Jakarta Masuk 5 Besar Kota dengan Udara Terburuk di Dunia
-
Buka Suara soal Kasus Puluhan Siswa SD Keracunan MBG di Jaktim, DKPKP DKI Bilang Begini