Suara.com - Nasib orangutan kian hari semakin memprihatinkan. Jumlah satwa langka ini semakin berkurang akibat perburuan dan perdagangan ilegal.
Di Aceh, menurut data Balai Konservasi Sumber Daya Alam, estimasi populasi orangutan yang tersisa sekitar 6.000 ekor.
Selain karena perburuan dan perdagangan, jumlah orangutan semakin sedikit karena populasinya dipengaruhui oleh tingginya angka illegal logging dan alih fungsi lahan.
"Orangutan yang diperdagangkan ilegal ini hampir semua diperoleh dari alam liar, terutama dari kawasan yang habitatnya sudah terganggu, baik itu karena alih fungsi lahan maupun karena illegal logging," ujar Kepala BKSDA Aceh, Genman S. Hasibuan, di Banda Aceh.
Kata Genman, orangutan yang tersebar dalam wilayah tersebut ketika ditemui umumnya tak lagi dikembalikan ke habitat mereka. Akan tetapi malah ditangkap dan dijual ke pasar gelap.
Harga yang ditawarkan terhadap satwa ini pun tergolong mahal. Satu ekor yang masih bayi, di pasar gelap domestik bisa laku sekitar Rp7,5 juta.
Sedangkan di pasar internasional, orangutan dijual dengan harga Rp10 hingga Rp15 juta.
“Perburuan dan perdagangan itu semakin menimbulkan penderitaan dan kematian bagi Orang Utan. Kemudian hal ini juga mengacaukan ekosistem. Maka kejahatan ini harus dihentikan,” katanya.
Untuk mendapatkan orangutan, kata Genman, mafia pemburu satwa tak jarang melakukan hal keji. Kata dia, karena orangutan yang paling dominan diminati adalah bayi, pemburu tak segan untuk membunuh induknya terlebih dahulu.
“Untuk dapat bayi orangutan itu, harus terlebih dahulu induknya dibunuh. Orangutan ini sangat melindungi anak-anaknya dalam kondisi apapun," ujarnya.
Bayi-bayi orangutan ini, kata Genman, kemudian diselundupkan ke pasar gelap yang ada di Medan, Sumatera Utara.
"Mayoritas orangutan yang beredar di Medan itu 90 persennya dari Aceh. Harganya begitu tinggi, makanya banyak yang tergiur untuk memburunya," tutur Genman.
Populasi orangutan paling banyak di Aceh bisa ditemui di Kawasan Ekosistem Leuser. Ada sekitar 5.000 ekor di kawasan tersebut. Sedangkan selebihnya, tersebar di beberapa hutan di seluruh wilayah Aceh, seperti Nagan Raya, Gayo Lues dan lainnya. [Alfiansyah Ocxie]
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Matic untuk Keluarga yang Irit BBM dan Murah Perawatan
- 58 Kode Redeem FF Terbaru Aktif November 2025: Ada Item Digimon, Diamond, dan Skin
- 5 Rekomendasi Mobil Kecil Matic Mirip Honda Brio untuk Wanita
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Sunscreen Wardah Untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Bantu Atasi Tanda Penuaan
Pilihan
-
Trofi Piala Dunia Hilang 7 Hari di Siang Bolong, Misteri 59 Tahun yang Tak Pernah Tuntas
-
16 Tahun Disimpan Rapat: Kisah Pilu RR Korban Pelecehan Seksual di Kantor PLN
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
-
FIFA Atur Ulang Undian Piala Dunia 2026: 4 Tim Unggulan Dipastikan Tak Segrup
-
Pengusaha Sebut Ketidakpastian Penetapan UMP Bikin Investor Asing Kabur
Terkini
-
Heboh Bandara 'Ilegal' di Morowali, Benarkah Diresmikan Jokowi? Fakta Dua Bandara Terungkap
-
TKI Asal Temanggung Hilang Selama 20 Tahun di Malaysia, Ahmad Luthfi Pastikan Kondisinya Aman
-
Drama Berujung Rehabilitasi, 7 Fakta Mengejutkan Kasus Korupsi Eks Dirut ASDP Ira Puspadewi
-
DPRD DKI Soroti Gaji Guru Swasta di Jakarta: Jauh di Bawah UMP!
-
Pengacara Komisaris PT Jenggala Maritim Nilai Dakwaan Soal Fee Sewa Kapal Tak Terbukti
-
Milik Siapa PT IMIP? Heboh Bandara Morowali Disebut Ilegal, Jadi 'Negara dalam Negara'
-
Rahang Alvaro Masih Hilang, Polisi Kerahkan Anjing Pelacak Sisir Aliran Sungai Tenjo
-
Bandara 'Hantu' Morowali, Isu Negara dalam Negara dan Ancaman Kedaulatan Mengemuka
-
Angka Kasus Korupsi Kades Capai 489, Wamendagri: Ini Catatan Serius
-
Cari Potongan Rahang Alvaro, Polisi Kerahkan Anjing Pelacak Sisir Sungai di Bogor