Suara.com - Pakar Kemaritiman Kaharuddin Djenod menilai jumlah peralatan perang yang dimiliki TNI tidak membuat Indonesia disegani negara lain. Dia mempunyai alasan kuat.
Kaharuddin mengatakan Indonesia perlu membuat alutsista dalam skala besar. Sebab selama ini Indonesia mengandalkan alutsista impor untuk memenuhi standar kekuatan.
"Menujukkan Pertahanan nasional bukan karena jumlah alutsista yang kita miliki, karena semua beli dari negara lain. Makanya yang harus dipercepat, menghasilkan 1 produk, yaitu kapal selam. Kalau bisa bangun ini, Indonesia dianggap 'mengerikan'," jelas Kahar saat berbincang dengan suara.com belum lama ini di Jakarta.
Sebagai pakar perkapalan lulusan Jepang, Kahar menawarkan desain kapal selam siap pakai. Dari desain yang dia buat selama 4 tahun itu, menjelaskan rinci bahan dan bentuk kapal selam sepanjang 30 meter.
"Kapal selam itu adalah produk alutsista yang menunjukkan level ketinggian suatu negara. Dari sisi jumlah sparepart, jumlah dari kapal selam itu paling kompleks. Negara luar pun itu tetap akan melihat bagaimana kekuatan pertahanan melihatnya produk simbol, produk apa saja yang akan dibuat. Ini seperti Korea Utara, mereka bisa membuat kapal induk yang kecil-kecil," papar dia.
Kapal selam sepanjang 30 meter ini cocok untuk lautan Indonesia yang sebagian besar lautan dangkal. Proyek pembuatan kapal selam ini pun murah, hanya Rp200 miliar persatu unit.
"Ukuran ini paling pas. Ketika sudah bangun yang 30 meter, maka bisa membangun yang lebih besar, bahkan sampai 60 meter. Pembuatan kapal selam ini membutuhkan dana Rp200 miliar," ceritanya.
Berita Terkait
-
Kronologis Pengeroyokan Anggota TNI di Papua, Dua Warga Tewas
-
Kapolri, Panglima dan Menko Rapat Antisipasi Gejolak Ekonomi
-
Panglima TNI Bantah Badan Siber Nasional Kerjasama Dengan CIA
-
Panglima TNI: Dolar Tinggi Pengaruhi Perawatan Alutsista
-
Pemuda Inggris Ogah Tugas di Kapal Selam karena Tak Main Facebook
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Bukan Tax Amnesty, Kejagung Cekal Eks Dirjen dan Bos Djarum Terkait Skandal Pengurangan Pajak
-
Menhaj Irfan Siapkan Kanwil Se-Indonesia: Tak Ada Ruang Main-main Jelang Haji 2026
-
Tembus Rp204 Triliun, Pramono Klaim Jakarta Masih Jadi Primadona Investasi Nasional
-
Nestapa Ratusan Eks Pekerja PT Primissima, Hak yang Tertahan dan Jerih Tak Terbalas
-
Ahli Bedah & Intervensi Jantung RS dr. Soebandi Jember Sukses Selamatkan Pasien Luka Tembus Aorta
-
Wamen Dzulfikar: Polisi Aktif di KP2MI Strategis Perangi Mafia TPPO
-
Anggota DPR Ini Ingatkan Bahaya Pinjol: Banyak yang Ngira Itu Bisa Selesaikan Masalah, Padahal...
-
Gibran Wakili Prabowo di Forum KTT G20, DPR: Jangan Cuma Hadir, Tapi Ikut Dialog
-
Mahfud MD Sebut Prabowo Marah di Rapat, Bilang Bintang Jenderal Tak Berguna Jika Tidak Bantu Rakyat
-
RUU PPRT 21 Tahun Mandek, Aktivis Sindir DPR: UU Lain Kilat, Nasib PRT Dianaktirikan