Suara.com - Ayah dari anak lelaki Suriah yang berusia tiga tahun, yang jenazahnya dihanyutkan arus ke satu pantai Turki, mengatakan anaknya "terlepas dari tangannya" saat perahu mereka dimasuki air dalam pelayaran ke Yunani.
Foto anak itu sempat mengejutkan dunia. Abdullah, yang nama keluarganya disebutkan oleh media Turki sebagai "Kurdi" tapi beberapa sumber di Suriah mengatakan sebenarnya nama keluarganya adalah "Shenu", kehilangan putranya yang berusia tiga tahun, Aylan, putranya yang berumur empat tahun, Ghaleb, dan istrinya, Rihana, dalam tragedi tersebut.
"Saya sedang memegang tangan istri saya. Tapi anak-anak saya terlepas dari tangan saya. Cuaca gelap dan semua orang berteriak-teriak," kata Abdullah "Kurdi" kepada surat kabar Turki, Dogan, saat perahu yang membawanya mulai tenggelam.
"Kami berusaha berpegang pada perahu kecil, itu mengempis," katanya.
Sebanyak 12 migran Suriah tewas-tenggelam pada Rabu (2/9/2015), ketika dua perahu tenggelam di perairan Turki saat mereka menuju Pulau Kos di Yunani. Itu merupakian tragedi paling akhir yang dialami migran di Aegea.
Tapi perhatian telah tertuju pada Aylan (3), yang tubuh mungilnya dipotret tertelungkup di satu pantai di Tempat Pelancongan Bodrum. Gambar itu dengan cepat beredar dan menjadi lambang tragedi pengungsi.
Menanggapi tragedi ini, Perdana Menteri Australia Tony Abbot mengatakan ini harusnya menjadi mengingat bahwa penyelamatan nyawa pencari suaka bergantung atas dihentikannya manusia perahu.
Berbicara kepada Australian Broadcasting Corporation (ABC) pada Jumat (4/9/2015), Abbott mengatakan Australia tidak menduga konfisi tragis serupa terjadi lagi sebab kasus perdagangan dan penyelundupan manusia secara gelap "telah ditutup".
"Saya mau mengatakan, jika anda mau menghentikan orang tewas-tenggelam, anda harus menghentikan (manusia) perahu itu," tambah Abbott, sebagaimana dikutip Xinhua.
Ia mengatakan selama para penyelundup mengira mereka memiliki peluang untuk berhasil menempatkan orang di Australia, atau di negara lain, maka kecelakaan tragis terus terjadi.
Ia mengatakan Australia tidak menghadapi tragedi di laut seperti kasus anak Suriah sejak penerapan apa yang disebut pendekatan "garis keras".
"Selama orang mengira mereka dapat datang ke sini dan mereka dapat tinggal di sini, kita akan menghadapi perdagangan gelap. Kita akan menghadapi penyelundup manusia yang beroperasi, dan kita akan menghadapi tragis di laut," kata Abbott.
"Jadi, jika anda ingin menjaga keselamatan orang, anda harus menghentikan migrasi gelap, dan itu lah yang telah kami lakukan," katanya.
Komentara Abbott dikeluarkan setelah New York Times menyiarkan artikel yang mengeritik pendekatan pemerintah mengenai pencari suaka, dan menyebutnya tidak manusiawi.
Namun Senator Liberal Eric Abetz mengatakan Australia sudah meningkatkan penerimaan pengungsi dari Suriah dan Irak jadi 4.400 setelah krisis kemanusiaan di Timur Tengah bertambah parah.
"Menghentikan perahu memungkinkan kita memiliki penerimaan kemanusiaan yang adil dan itu lah yang akan kami capai," kata Abetz. (Antara)
Berita Terkait
-
Akhir Era Assad: Gelombang Kepulangan Pengungsi Suriah Dimulai
-
Era Baru Suriah? 81.000 Pengungsi di Turki Pilih Kembali ke Tanah Air
-
Eksodus Pengungsi: 52 Ribu Warga Suriah Tinggalkan Yordania Menuju Suriah
-
Kondisi Aman di Suriah? 18.000 Pengungsi Pulang Kampung dari Yordania usai Assad Lengser
-
Satu Juta Pengungsi Suriah Diprediksi Pulang Kampung di 2025, UNHCR Ingatkan Potensi Bahaya
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Kompetisi Menulis dari AXIS Belum Usai, Gemakan #SuaraParaJuara dan Dapatkan Hadiah
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
Pilihan
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
-
Evakuasi Ponpes Al-Khoziny: Nihil Tanda Kehidupan, Alat Berat Dikerahkan Diirigi Tangis
-
Statistik Brutal Dean James: Bek Timnas Indonesia Jadi Pahlawan Go Ahead Eagles di Liga Europa
Terkini
-
Menkum Supratman 'Tantang' Balik PPP Kubu Agus Suparmanto: Silakan Gugat SK Mardiono ke PTUN!
-
Polisi Larang Warga Berkerumun di Reruntuhan Ponpes Al Khoziny: Kasih Kami Kesempatan!
-
Komitmen TJSL, BNI Perkuat Ekonomi Kerakyatan dan Kelestarian Lingkungan di Desa Ponggok Jawa Tengah
-
MDIS Buka Suara soal Ijazah Gibran, PSI: Hentikan Polemik Jika Niatnya Cari Kebenaran!
-
Rizky Kabah Tak Berkutik di Kamar Kos, Detik-detik Penangkapan TikTokers Penghina Suku Dayak!
-
Sidang Praperadilan: Nadiem Makarim Masih Dibantarkan, Orang Tua Setia Hadir di Ruang Sidang
-
Tragedi Ponpes Al Khoziny: Korban Jiwa Bertambah Jadi 9 Orang
-
Menteri Haji dan Umrah Datangi KPK di Tengah Penyidikan Kasus Korupsi Kuota Haji, Bahas Apa?
-
Mengulik Pendidikan Gibran: MDIS Tak Keluarkan Ijazah, Hanya Jalankan Kurikulum Universitas Asing
-
Bendera Merah Putih Robek di Puncak Monas Saat Gladi HUT TNI, Kapuspen: Bahan Kain Kurang Bagus