Suara.com - Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) hanya menemukan tiga ekor Elang Jawa di area hutan lereng gunung tersebut.
"Setelah seminggu melakukan pemantauan satwa Elang Jawa, kami hanya menemukan tiga ekor saja. Satu pasang di Bukit Plawangan, Kabupaten Sleman dan sisanya berada di daerah Deles, Klaten, Jawa Tengah," kata Kepala Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Edy Sutiyarto di Sleman, Sabtu.
Menurut dia, dalam pemantauan tersebut pihaknya mengerahkan sebanyak 25 orang petugas yang dibagi menjadi tujuh tim untuk melakukan penyisiran secara bersama-sama.
"Kami hanya berhasil menemukan tiga ekor Elang Jawa. Satu pasang jantan dan betina di Plawangan, dan satu lagi di Deles. Yang di Deles, belum tahu jenis kelaminnya," katanya.
Ia mengatakan, pemantauan yang dilakukan tersebut, tidak hanya dengan cara penyisiran di hutan secara langsung. Namun juga mengumpulkan informasi-informasi dari warga setempat.
"Jumlah ini menunjukkan bahwa populasi Elang Jawa di TNGM tidak berubah sejak 2014. Padahal, satwa ini merupakan kunci yang harus ditingkatkan sebanyak sepuluh persen setiap lima tahun," katanya.
Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan TNGM Dhany Suryawan, menambahkan pemantauan pada 2015 ini memang dipilih pada September ini.
"Pemantauan sengaja dilakukan pada September karena saat ini masanya migrasi satwa Elang," katanya.
Ia mengatakan, sulitnya satwa endemik Merapi ini bertambah karena memang mempunyai sifat yang sensitif. Ketika bertelur misalnya, ada sedikit gangguan saja besar kemungkinan tidak akan berhasil menetas.
"Padahal dalam setahun hanya menghasilkan satu telur saja. Belum lagi ketika ada monyet yang mengambilnya. Memang cukup sulit untuk meningkatkan jumlah populasinya," katanya.
Menurut dia, tiga ekor Elang Jawa ini juga kemungkinan besar memang mereka yang sudah lama tinggal. Bukan dari burung yang bermigrasi.
Di Merbabu, Elangnya tidak bermigrasi ke Merapi. Karena kebakarannya yang terjadi di sana, hanya di atas saja. Tidak sampai bawah," katanya.
Dhany mengatakan, meski demikian, pihaknya akan tetap berupaya untuk meningkatkan populasi dari satwa kunci ini. Salah satunya dengan menjaga ekosistem yang ada, terutama hewan-hewan mangsa.
"Karena peningkatan populasi satwa kunci ini, merupakan salah satu indikator keberhasilan taman nasional," katanya. (Antara)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
Terkini
-
800 Polantas Bakal Dikerahkan Blokade Sudirman-Thamrin di Malam Tahun Baru 2026
-
Kapuspen TNI: Pembubaran Massa di Aceh Persuasif dan Sesuai Hukum
-
Jangan Terjebak, Ini Skema Rekayasa Lalin Total di Sudirman-Thamrin Saat Malam Tahun Baru 2026
-
Viral Dosen UIM Makassar, Ludahi Kasir Perempuan Gegara Tak Terima Ditegur Serobot Antrean
-
Jadi Wilayah Paling Terdampak, Bantuan Akhirnya Tembus Dusun Pantai Tinjau Aceh Tamiang
-
Elite PBNU Sepakat Damai, Gus Ipul: Di NU Biasa Awalnya Gegeran, Akhirnya Gergeran
-
Ragunan Penuh Ribuan Pengunjung, Kapolda: 151 Polisi Disiagakan, Copet Nihil
-
Tolak UMP 2026, Buruh Bakal Gugat ke PTUN dan Kepung Istana
-
Kecelakan Hari Ini: Motor Kebut Tabrak Viar Pedagang Tahu Bulat di Kalimalang, Satu Pemuda Tewas
-
Buruh Tolak Keras UMP Jakarta 2026: Masa Gaji Bank di Sudirman Kalah dari Pabrik Panci Karawang