Suara.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berupaya untuk segera menghentikan kegaduhan dalam pelaksanaan program 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang dikritik karena melibatkan perusahaan swasta yang dianggap menyeponsori program tersebut.
Direktur Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Kemenkes Doddy Izwardy dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (11/10/2015), menyatakan untuk mencegah kegaduhan atas program 1.000 Hari Pertama Kehidupan, sebagai regulator pihaknya siap disalahkan oleh sejumlah kalangan atas pelaksanaan program perbaikan gizi anak Indonesia.
"Pemerintah siap disalahkan, agar jangan ada kegaduhan lagi. Hari Senin kami akan duduk bersama dengan sejumlah pemangku kepentingan di Kemenkes," kata Doddy.
Dia menjelaskan, Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIAAnung Sugihantono, yang akan memimpin langsung pertemuan yang melibatkan pihak industri, swasta, pemangku kepentingan lainnya serta sejumlah kalangan yang bersinggungan dengan Program 1.000 HPK.
Program 1.000 HPK adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah melalui Kemenko PMK, Kemenkes dan sejumlah lembaga kredibel lainnya seperti IDAI, PDGMI, POGI, serta lembaga swadaya masyarakat berjaringan luas PKPU yang menjadi motor dalam implementasi dengan didasari niat baik berbagai komponen pemangku kepentingan untuk secara bersama-sama memberikan sumbangsih dalam menyukseskan Gerakan 1000 HPK namun harus terhenti mulai awal Oktober ini.
Dia menjanjikan, akan menyelesaikan permasalahan yang ditudingkan sejumlah kalangan kepada sektor industri dalam pelaksanaan program untuk memperbaiki gizi anak Indonesia ini secara profesional.
"Wasitnya saya. Jangan saling menuduh," katanya lebih lanjut.
Doddy merujuk pada Peraturan Presiden (Perpres) nomor 42 tahun 2013 sebagai payung hukum 1.000 HPK di Indonesia dengan dibentuknya gugus tugas Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang juga melibatkan pihak ketiga untuk menyukseskan progam ini.
Dan dari hasil Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan pada 2014 konsumsi susu anak-anak di Indonesia hanya 6 persen dan sangat jauh tertinggal dengan negara tetangga Thailand, Malaysia, dan Singapura.
"Kalau program ini terhenti yang dirugikan tentunya anak-anak di seluruh Indonesia," ujarnya.
Dia menegaskan, jangan ada kegaduhan yang tidak perlu padahal semua komponen dapat saling bersinergi menyukseskan program ini demi masa depan anak bangsa.
"Kita 'cooling down' dulu," katanya. (Antara)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Kompetisi Menulis dari AXIS Belum Usai, Gemakan #SuaraParaJuara dan Dapatkan Hadiah
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
Pilihan
-
Dean James Cetak Rekor di Liga Europa, Satu-satunya Pemain Indonesia yang Bisa
-
Musim Hujan Tiba Lebih Awal, BMKG Ungkap Transisi Musim Indonesia Oktober 2025-2026
-
Bahlil Vs Purbaya soal Data Subsidi LPG 3 Kg, Pernah Disinggung Sri Mulyani
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Baterai Besar Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Menkeu Purbaya Pernah Minta Pertamina Bikin 7 Kilang Baru, Bukan Justru Dibakar
Terkini
-
Kepala BGN: Dampak Program MBG Nyata, Tapi Tak Bisa Dilihat Instan
-
Musim Hujan Tiba Lebih Awal, BMKG Ungkap Transisi Musim Indonesia Oktober 2025-2026
-
Rocky Gerung: Program Makan Bergizi Gratis Berubah Jadi Racun karena Korupsi
-
Keputusan 731/2025 Dibatalkan, PKB: KPU Over Klasifikasi Dokumen Capres
-
Bantah Makam Arya Daru Diacak-acak Orang Tak Dikenal, Polisi: Itu Amblas Faktor Alam!
-
Menkes Budi Tegaskan Peran Kemenkes Awasi Keamanan Program Makan Bergizi Gratis
-
Terungkap! Ini Rincian 'Tarif Sunat' Dana Hibah yang Bikin Eks Ketua DPRD Jatim Kusnadi Kaya
-
Demi Buktikan Bukan Pembunuhan, Polisi akan 'Buka-bukaan' 20 CCTV ke Keluarga Arya Daru
-
'Mari Bergandeng Tangan': Disahkan Negara, Mardiono Serukan 'Gencatan Senjata' di PPP
-
Fakta Mengejutkan 'Bjorka KW': Bukan Ahli IT dan Tak Lulus SMK, Belajar Retas Otodidak dari Medsos